INTERAKSI.CO, Banjarmasin – Setelah libur Lebaran, pasar saham Indonesia langsung dihantam badai. Dana asing keluar besar-besaran, menyebabkan IHSG anjlok hingga menyentuh level psikologis terendah tahun ini.

Pada pekan perdagangan 8–11 April 2025, pasar modal Indonesia menghadapi tekanan berat. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp5,93 triliun.

Ini merupakan reaksi langsung terhadap kebijakan tarif impor yang diumumkan Presiden AS Donald Trump, yang menimbulkan kegelisahan di berbagai pasar keuangan global.

Tak hanya itu, sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd), total dana asing yang keluar dari bursa saham Indonesia telah mencapai Rp35,86 triliun. Saham-saham perbankan papan atas menjadi korban terbesar dalam aksi jual ini.

Baca juga: Tarif Impor Trump Jadi Tantangan, Indonesia Siap Revitalisasi Industri Lewat Danantara

Bank Mandiri (BMRI) mengalami net sell tertinggi sebesar Rp2,46 triliun, diikuti oleh Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Rp1,92 triliun, Bank Central Asia (BBCA) Rp713 miliar, dan Bank Negara Indonesia (BBNI) Rp166 miliar.

Selain sektor perbankan, saham sektor energi seperti United Tractors (UNTR) dan Adaro Energy (ADRO) juga terkena imbas.

IHSG sempat rontok hingga 9,19% ke level 5.912,06, memaksa BEI menghentikan sementara perdagangan melalui mekanisme trading halt. Meskipun pada akhir pekan IHSG mulai rebound dan ditutup di level 6.262,22, secara ytd IHSG masih terkoreksi 11,55%.

Baca juga: Harga Emas Tembus Rekor Tertinggi: Ketika Dunia Tak Pasti, Logam Mulia Jadi Andalan

Kebijakan tarif 10% untuk seluruh negara dan tambahan tarif resiprokal hingga 125% untuk China telah menimbulkan efek domino ke berbagai pasar.

Investor global mulai melarikan modal ke aset-aset aman seperti emas, obligasi AS (US Treasury), serta mata uang seperti yen Jepang dan franc Swiss.

Felix Darmawan, analis dari Panin Sekuritas, memproyeksikan tren keluar dana asing masih akan berlanjut pada kuartal II/2025.

Sementara itu, Nafan Aji Gusta dari Mirae Asset menilai tekanan ini bersifat sementara, dan potensi rebound tetap ada jika sentimen membaik dan ekonomi global menunjukkan pemulihan.

Keluarnya dana asing secara masif menjadi sinyal penting bagi investor lokal untuk lebih waspada terhadap dinamika global.

Namun, peluang selalu terbuka di balik krisis, terutama bagi mereka yang cermat membaca arah pasar dan memanfaatkan momentum saat saham-saham unggulan sedang terkoreksi.

Author