Kasus hukum yang menimpa UMKM Mama Khas Banjar di Banjarbaru semestinya menjadi bahan refleksi kolektif, bukan sekadar konsumsi pemberitaan atau ruang untuk menegakkan sanksi secara kaku. Persoalan yang berkaitan dengan pelabelan produk—seperti label halal, tanggal kedaluwarsa, dan informasi legalitas lainnya—memang penting dan tak bisa diabaikan. Namun, pendekatan yang terlalu cepat masuk ke ranah hukum tanpa didahului oleh proses edukasi dan pembinaan justru menimbulkan pertanyaan besar: sejauh mana kita benar-benar berpihak pada penguatan ekonomi kerakyatan?

UMKM bukan sekadar entitas usaha kecil. Ia adalah denyut nadi ekonomi rakyat. Ia tumbuh dari dapur rumah, dari tangan-tangan warga yang mencoba mandiri di tengah keterbatasan. Produk-produk seperti Mama Khas Banjar adalah representasi dari semangat lokal yang ingin naik kelas, yang ingin ikut serta dalam dinamika pasar yang lebih luas.

Oleh karena itu, ketika terjadi kekeliruan administratif atau teknis, respons awal yang seharusnya dikedepankan adalah pembinaan yang edukatif dan berkelanjutan. Negara dan seluruh elemen masyarakat termasuk akademisi, pemerintah daerah, lembaga pengawas, hingga komunitas ekonomi kreatif semestinya bersatu dalam menciptakan ekosistem pendampingan yang mendorong UMKM untuk tumbuh, belajar, dan berkembang secara sehat.

Kita perlu menggeser pendekatan: dari menegakkan aturan secara represif menjadi membangun kesadaran melalui dialog dan bimbingan; dari menakut-nakuti menjadi menguatkan. Ini bukan hanya soal satu UMKM yang menghadapi proses hukum, tetapi tentang bagaimana kita merancang sistem pembinaan dan pengembangan yang adil dan berkelanjutan untuk semua pelaku UMKM.

Lebih jauh, ini adalah tentang bagaimana kita memposisikan UMKM sebagai lumbung ekonomi kerakyatan Indonesia sebuah kekuatan ekonomi yang berakar pada budaya, membuka lapangan kerja, dan memperkuat ketahanan ekonomi lokal. Bila UMKM mendapat ruang tumbuh dalam ekosistem yang suportif dan inklusif yang sadar regulasi, terhubung dengan pasar, dan dibimbing dengan empati maka daya saing bangsa akan terbentuk dari bawah, dari akar yang paling kuat.

Kasus Mama Khas Banjar bukan akhir dari cerita, melainkan awal dari kesadaran baru: bahwa pembangunan ekonomi nasional tidak hanya bertumpu pada investasi besar, melainkan juga pada kemampuan kita merawat dan memperkuat usaha-usaha kecil yang menjadi denyut sejati ekonomi rakyat Indonesia.

Penulis: Novyandi Saputra

Author