INTERAKSI.CO, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan tren positif.
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menyebut bahwa penguatan ini terutama dipicu oleh meningkatnya ekspektasi gencatan senjata antara Iran dan Israel di kawasan Timur Tengah.
“Penguatan rupiah ini didukung oleh semakin meningkatnya ekspektasi gencatan senjata di Timur Tengah antara Israel dan Iran,” ujarnya kepada ANTARA.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa gencatan senjata akan dimulai pukul 04.00 GMT (11.00 WIB) dengan Iran menghentikan operasi militernya terlebih dahulu selama 24 jam.
Meski belum ada “kesepakatan resmi,” Menlu Iran Abbas Araqchi menyatakan Iran siap menahan diri jika Israel juga berhenti menyerang.
Baca juga: Green Minerals Alokasikan US$1,2 Miliar untuk Cadangan Bitcoin, Saham Anjlok 35 Persen
Sentimen positif dari potensi redanya ketegangan geopolitik juga berdampak pada pasar obligasi. Josua menyebut bahwa tren risk-on ini turut menekan yield Surat Berharga Negara (SBN) hingga 6 basis poin pada perdagangan hari Rabu.
“Sentimen risk-on ini juga mendukung tren penurunan yield SBN hingga 6 bps,” jelas Josua.
Josua memperkirakan bahwa rupiah berpotensi melanjutkan penguatannya pada Kamis (26/6). Hal ini didorong oleh prediksi penurunan data penjualan AS, yang bisa memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed lebih cepat dari perkiraan.
“Pelemahan data AS diperkirakan semakin meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed,” tambahnya.