INTERAKSI.CO, Banjarbaru – Ratusan wali asuh dan wali asrama Sekolah Rakyat di seluruh Indonesia, termasuk yang bertugas di Banjarbaru, mendapat pembekalan langsung dari Menteri Sosial Republik Indonesia, Saifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul, Selasa (23/9/2025).

Kegiatan ini berlangsung di Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 9 Kota Banjarbaru yang berlokasi di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Jalan Trikora. Sebanyak 655 wali asuh dan wali asrama yang tergabung dalam Program Sekolah Rakyat Batch II Tahun Anggaran 2025 hadir, baik secara langsung maupun daring dari enam provinsi.

Di Kalimantan Selatan, tercatat ada 116 wali siswa yang mengikuti pembekalan tatap muka, terdiri dari 86 wali asuh dan 30 wali asrama. Mereka diberikan materi langsung oleh Mensos sebagai bekal dalam mendampingi siswa di sekolah rakyat.

Dalam arahannya, Gus Ipul menekankan pentingnya kesabaran dan amanah bagi wali asuh maupun wali asrama. Sebab, mereka akan menghadapi anak-anak dari berbagai latar belakang, khususnya yang berasal dari keluarga dengan ekonomi lemah.

“Dalam menghadapi anak-anak, terutama di minggu-minggu awal pasti ada proses adaptasi dan penyesuaian. Saya harap wali asuh dan wali asrama bisa mendampingi dengan sabar, penuh empati, dan merangkul mereka,” pesan Gus Ipul.

Ia juga menjelaskan bahwa pola asuh yang diberikan berbeda sesuai jenjang pendidikan anak, baik SD, SMP, maupun SMA. Karena itu, setiap wali asuh dan wali asrama akan dibekali SOP serta pedoman khusus agar bisa mendampingi anak dengan tepat.

Sementara itu, Kepala SRT 9 Banjarbaru, Rifki Hakim, menyebut kegiatan pembekalan ini sangat penting untuk menyamakan persepsi semua pihak yang terlibat di Sekolah Rakyat.

“Yang pasti kita ingin menyatukan visi wali asuh, guru, hingga semua warga sekolah rakyat agar menjadi satu kesatuan demi mencapai tujuan bersama,” ujarnya.

Di SRT 9 Banjarbaru sendiri, terdapat 125 siswa yang terbagi dalam dua rombongan belajar (rombel) SMP dan tiga rombel SMA. Meski berasal dari latar belakang keluarga yang beragam, para siswa tidak diperlakukan secara berbeda.

“Di Indonesia tidak ada anak nakal, semua anak baik. Hanya saja kita sebagai pendidik dan pengasuh harus lebih sabar dalam menghadapi dinamika tingkah laku mereka,” tambah Rifki.

Selain di Banjarbaru, pembekalan serupa juga berlangsung secara daring di lima provinsi lain, antara lain BBPPKS Padang (Sumbar) dengan 121 wali asuh dan 18 wali asrama serta BBPPKS Bandung (Jabar) dengan 107 wali asuh dan 19 wali asrama.

Author