“Keluarga korban yang sampai hari ini belum mendapatkan kejelasan dan keadilan. Kita berharap segera diselesaikan segala permasalahan di masa lalu dan mengingat agar kejadian serupa tidak terulang kembali.”
INTERAKSI.CO, Banjarmasin – Ucapan itu terdengar keras dari pelantang suara yang dibawa Maulidinur Rahman di sudut perempatan Jalan Lambung Mangkurat, tepat di depan eks Hotel Arum, yang menjadi salah satu saksi bisu Tragedi Jumat Kelabu.
Dia mengingatkan, sekaligus meminta para pengendara mobil dan motor yang melintas untuk mendoakan para korban Jumat Kelabu.
Ini merupakan Aksi Kamisan Kalimantan Selatan yang ke-70. Meski saat petang itu matahari terasa panas terik, mereka tetap berdiri.

Baca juga: Puja Mandela Rilis Lagu untuk Nada: Pesan untuk Anak dan Dunia
Baca juga: Aksi Kamisan Kalsel ke-69: Mengingat Kriminalisasi Aktivis, Menolak Taman Nasional Meratus
Puncaknya, sekelompok pemuda berpakaian hitam itu berorasi di tengah perempatan selama kurang lebih 30 menit, sambil menunjukkan beberapa selebaran kepada pengendara.
Beberapa selebaran bertuliskan, “23 Mei Diperingati Tiap Tahun, Tapi Tidak Untuk Pelaku Hukum”, dan ada pula yang bertuliskan, “Pembiaran, Provokasi dan Kekerasan Terstruktur. Korban Berjatuhan, Pelaku Dibiarkan Bebas”.
Koordinator Aksi Kamisan Kalsel, Muhammad Khafi, mengatakan aksi tersebut adalah cara mereka melawan lupa terhadap Tragedi Jumat Kelabu yang terjadi pada 23 Mei 1997.
“Akibat peristiwa itu, ratusan nyawa melayang dan ribuan orang mengalami luka,” kata Muhammad Khafi kepada sejumlah wartawan seusai aksi, Kamis (22/5/2025) petang.

Hingga kini, beber Khafi, negara belum membuka fakta secara utuh. Bahkan, belum ada pertanggungjawaban, dan tak satu pun terduga pelaku diadili.
“Kami hadir disini bukan untuk seremonial. Kami hadir untuk mengingatkan publik dan negara, bahwasannya tragedi ini belum selesai. Ini luka lama, luka sejarah yang tidak bisa ditutup-tutupi,” tuturnya.
Khafi menegaskan, Tragedi Jumat Kelabu harus diungkap kebenarannya dan para terduga pelaku yang terlibat harus dimintai pertanggungjawaban.
Terakhir, dirinya berharap pemerintah bisa membantu proses pemulihan keluarga korban melalui pemberian kompensasi yang layak.