INTERAKSI.CO, Batulicin – Sudah lama masyarakat Desa Hati’if kesulitan mengakses air bersih.

Sejak banjir besar melanda Kabupaten Tanah Bumbu pada 2006 silam, warga yang tadinya tinggal di kawasan bantaran sungai terpaksa pindah ke dataran yang lebih tinggi.

Namun, hal itu punya konsekuensi. Air bersih jadi sulit didapat. Warga tak bisa mengandalkan sumur. Sebab, saat hujan tak mengguyur selama satu minggu saja, sumur tersebut sudah kering.

“Sekarang kami cuma mengandalkan embung. Tapi ini pun mengalirkannya bergiliran,” ucap Kepala Desa Hati’if, Gusti Muhammad Aini, kepada interaksidotco, Jum’at (15/11/2024).

Baca juga: Cerita Banjir Besar yang Melanda Tanah Bumbu tahun 1948 dan 2006

Desa Hati’if merupakan salah satu desa tertinggal di Tanah Bumbu. Penduduknya tak banyak, hanya 600-an kepala keluarga.

Kebanyakan dari mereka hidup dari bertani. Sebagian lainnya adalah pendulang emas. Dari kawasan pusat kota Batulicin, jarak tempuhnya kurang lebih 77 kilometer.

Tak jauh dari permukiman, ada embung seluas kurang lebih 20×20 meter dengan kedalaman sekira empat meter. Warga memanfaatkan embung tersebut untuk kebutuhan air rumah tangga.

“Tapi itu tak bisa diminum. Kalau air minum tetap beli,” kata Sanusi, warga RT 3.

Baca juga: Lima Lagu Pilihan Interaksidotco Awal November 2024

Keberadaan embung ini tak lantas mengatasi masalah di sana. Sebab, jika hujan tak mengguyur selama satu bulan, air di embung tersebut akan mengering. “Sebab embungnya tadah hujan,” ucap M. Aini.

Karena keberadaan embung tidak bisa benar-benar memenuhi kebutuhan warga, pemerintah desa sedang mengupayakan agar perusahaan daerah air minum (PDAM) bisa masuk ke sana.

Saat ini prosesnya masih terus berjalan. Petugas PDAM pun sudah melakukan pengecekan. M. Aini berharap distribusi air dari PDAM bisa mengalir tahun depan. “Mudah-mudahan tahun 2025 sudah bisa dipasang,” katanya.

Selain mengeluhkan sulitnya mengakses air bersih, warga di sana juga menyampaikan harapan agar jalan penghubung antar-desa sepanjang empat kilometer bisa segera diperbaiki.

“Keluhan masyarakat di sini itu saja. Air sama pengaspalan jalan,” tandas Sanusi.

Author