INTERAKSI.CO, Banjarmasin – Tepian Sungai Martapura di kawasan titik nol kilometer Banjarmasin mendadak ramai. Jukung berjajar di atas air, dipenuhi pedagang yang menawarkan buah, jajanan, hingga kerajinan tangan.

Itu dalam rangka Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2025, yang secara resmi dibuka oleh Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Muhammad Syarifuddin.

Syarifuddin, yang juga Plt Dinas Kepariwisataan Kalimantan Selatan mengatakan festival ini bukan sekadar agenda pariwisata, tapi juga cara merawat jati diri masyarakat Banjar yang lekat dengan budaya sungai.

“Pasar terapung adalah warisan budaya yang unik dan punya nilai sejarah, ekonomi, dan sosial tinggi. Di sinilah pedagang dan pembeli bertemu di atas perahu, memadukan budaya khas dengan semangat gotong royong,” ujar Syarifuddin kepada sejumlah wartawan.

Sekda Kalsel, Muhammad Syarifuddin saat memberikan sambutan sekaligus membuka Festival Terapung 2025. Foto: Media Center Banjarmasin

Baca juga: Mahasiswa KKN Ilmu Komunikasi ULM Ajak Siswa SD Tamban Sari Baru Belajar Bahasa Inggris dan Lawan Bullying

Baca juga: Baru Sehari Dibuka, Puluhan Pelajar Daftar Kemah Jurnalistik PWI Tanah Bumbu

Ia berharap festival ini bisa memperluas promosi budaya Banjar sekaligus memberi ruang berkembang bagi pelaku UMKM, seniman lokal, dan pegiat wisata.

“Melalui festival ini, kita ingin mengenalkan budaya kita ke masyarakat luas, dan memberi ruang bagi pelaku UMKM, seniman, serta pelaku wisata untuk berkembang,” lanjutnya.

Sementara itu, Sekda Kota Banjarmasin Ikhsan Budiman menilai festival pasar terapung membawa dampak langsung bagi ekonomi dan pariwisata daerah.

“Kegiatan ini sedikit banyak memengaruhi keamanan, ekonomi, dan pariwisata. Pasar terapung itu budaya asli kota ini. Festival seperti ini bikin wisatawan datang, UKM lokal bergerak, dan produk khas Banjarmasin kembali dikenal,” kata Ikhsan.

Di lokasi festival, pengunjung bisa mencicipi berbagai kuliner tradisional Kalimantan Selatan seperti es kero, wadai Banjar, dan menikmati permainan rakyat yang sarat nuansa sungai.

Mengusung tema Jalan Menuju Area Memori Kampung Kita, festival ini mengajak masyarakat untuk bernostalgia dan kembali mengingat eratnya hubungan masyarakat Banjar dengan kehidupan sungai. Ikhsan juga berharap, kegiatan seperti ini bisa terus berlangsung dan menjadi bagian dari identitas warga Banjar.

Festival ini sekaligus menjadi penguat citra Banjarmasin sebagai Kota Seribu Sungai, bukan hanya mempertahankan budaya sungai, tetapi juga menjadikannya motor penggerak ekonomi kreatif.

Sebagai informasi, acara ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan Hari Jadi ke-75 Provinsi Kalimantan Selatan dan menyambut HUT ke-80 Republik Indonesia.

Author