INTERAKSI.CO, Banjarmasin – Dirilis pada tahun 1968, “Hey Jude” menjadi salah satu lagu paling ikonik dari The Beatles. Tidak hanya karena melodi dan liriknya yang menyentuh hati, tetapi juga cerita penuh empati di balik penciptaannya.
Lagu ini adalah wujud kepedulian Paul McCartney terhadap Julian Lennon, putra John Lennon, yang tengah menghadapi masa sulit akibat perceraian orang tuanya, John dan Cynthia Lennon.
Baca juga: Bagaimana The Beatles Menginspirasi Album Viva la Vida dari Coldplay
Awalnya, lagu ini diberi judul “Hey Jules”, sebagai bentuk dukungan McCartney untuk Julian. Dalam perjalanan mengunjungi Cynthia dan Julian, McCartney menciptakan lirik dan melodi dasar lagu ini.
Nama “Jules” kemudian diganti menjadi “Jude,” yang dirasa lebih cocok secara musikal. Pesan di dalam lagu, seperti pada bait berikut, menggambarkan harapan dan semangat:
Hey Jude, don’t make it bad.
Take a sad song and make it better.
Remember to let her into your heart,
Then you can start to make it better.
Proses rekaman dilakukan di Trident Studios, London, dengan aransemen sederhana yang menonjolkan piano, gitar akustik, dan vokal McCartney. Bagian akhir lagu dengan paduan suara dan orkestrasi epik, termasuk bagian “na-na-na” yang tak terlupakan, menjadi elemen khas yang membuat lagu ini begitu istimewa.
Meskipun berdurasi lebih dari tujuh menit—terbilang panjang untuk sebuah single pada masa itu—“Hey Jude” diterima dengan antusias oleh penggemar. Lagu ini mencapai puncak tangga lagu di berbagai negara dan menjadi salah satu single terlaris sepanjang masa.
Lebih dari sekadar kesuksesan komersial, “Hey Jude” adalah simbol harapan. Pesan optimisnya tentang mengubah kesedihan menjadi kekuatan telah menginspirasi jutaan pendengar di seluruh dunia. Hingga kini, lagu ini tetap relevan, membuktikan keabadian musik The Beatles dalam menyentuh hati banyak orang.