INTERAKSI.CO, Kotabaru – Jaraknya kurang lebih 49 kilometer dari kawasan Siring Laut Kotabaru atau sekira satu setengah jam perjalanan darat dan laut. Desanya bernama Sidomulyo, berada di Kecamatan Kelumpang Hulu.

Malam itu, sejumlah pemuda terlihat menaiki anyaman bambu yang membentuk karakter kuda. Di atas mereka, terpampang semacam baliho memanjang bertuliskan “Mahesworo”.

Kesenian ini disebut jaranan. Di Kotabaru dan Tanah Bumbu, kesenian ini termasuk populer, terutama di kalangan komunitas suku Jawa.

“Awalnya buat nguri-uri (melestarikan) budaya, terutama kesenian jaranan supaya nggak punah. Sekalian ngajak anak-anak dan orang dewasa buat kenal jaranan, biar tahu arti kerukunan dan kebersamaan,” kata pendiri Jaranan Mahesworo, Sunardi, kepada Interaksidotco, Rabu (14/5/2025).

Saat awal pendirian Jaranan Mahesworo, Sunardi rela membeli sendiri semua perlengkapan jaranan. Itu dilakukannya karena tidak mau membebankan biaya apapun, terlebih dia juga ingin memotivasi para anggota supaya semangat belajar dan ikut melestarikan budaya.

Penampilan Jaranan Mahesworo dalam salah satu acara di Desa Sidomulyo. Foto: Sunardi untuk Interaksi.co

Sejak berdiri, Komunitas Seni Jaranan Mahesworo sudah memiliki sekitar 60 anggota lintas usia, mulai dari anak usia  delapan tahun sampai orang dewasa berumur 50 tahun. Para anggota ini berasal dari kalangan paguyuban Jawa Timur dan Jawa Tengah yang tinggal di Desa Sidomulyo.

Keberhasilan Sunardi menarik minat masyarakat itu tidak terlepas ketulusan niat awalnya untuk melestarikan kesenian jaranan. Kini, para anggota rutin latihan tiap minggu dan sering tampil di berbagai acara.

Namun perjalanan komunitas ini tidak selalu mulus. Sunardi mengaku ada saja tantangan yang harus dihadapi selama empat tahun membina Jaranan Mahesworo.

“Tantangannya terutama kalau pas latihan ada yang kesurupan,” ungkap Sunardi. “Kalau pembinaannya, terutama yang anak-anak itu harus ekstra sabar supaya tariannya selaras. Selain itu, lebih ke pembagian waktu antara belajar di sekolah sama latihannya,” lanjutnya.

Sunardi berharap komunitas ini bisa memberi dampak positif buat generasi muda. Dia ingin menanamkan karakter kuat sekaligus jiwa pelestari budaya bagi warga Desa Sidomulyo.

“Ke depannya, supaya bisa punya semangat buat melestarikan seni dan budaya dari nenek moyang kita. Tujuannya biar ngurangin hal-hal negatif. Zaman sekarang anak-anak main HP terus, kadang belajar aja nggak mau. Dengan adanya kegiatan seni dan budaya, harapannya bisa ngurangin dampak negatif itu,” tandasnya.

Author