INTERAKSI.CO, Jakarta – Penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk mengubah foto menjadi ilustrasi ala Studio Ghibli tengah menjadi tren di media sosial.
Meski tampak menarik, tren ini justru memicu perdebatan sengit di kalangan animator dan pencipta karya seni. Banyak yang menganggap penggunaan AI dalam seni sebagai bentuk perampasan kreativitas manusia, termasuk animator One Piece, Henry Thurlow.
Thurlow, yang pernah bekerja dalam produksi anime ternama seperti Naruto, JoJo’s Bizarre Adventure, dan Pokémon, secara terang-terangan mengecam fenomena ini.
Menurutnya, hasil gambar AI bergaya Ghibli bisa dianggap menyinggung dan bahkan merendahkan para seniman yang telah bertahun-tahun mengasah keterampilan mereka. Ia menekankan bahwa seni sejati membutuhkan dedikasi dan kerja keras, bukan sekadar hasil instan yang diciptakan oleh algoritma.
“Tidak ada orang yang tiba-tiba mendapatkan bintang Michelin atau Oscar tanpa usaha keras. Jadi, jika Anda tidak benar-benar ingin mendedikasikan diri untuk seni, lebih baik jangan terjun ke bidang ini,” ujar Thurlow di media sosialnya.
Baca juga: Trik Membuat WhatsApp Terlihat Offline Meski Sedang Online
Sikap kritis terhadap AI dalam seni sebenarnya bukan hal baru. Hayao Miyazaki, pendiri Studio Ghibli, sejak lama telah menolak penggunaan AI dalam animasi.
Dalam wawancara tahun 2019, ia menyatakan bahwa karya yang dibuat oleh mesin tidak memiliki jiwa dan hanya merusak esensi kreativitas manusia.
Kontroversi ini memperlihatkan dilema besar dalam industri kreatif. AI memang menawarkan kemudahan dalam berkarya, tetapi di sisi lain, teknologi ini bisa mengancam orisinalitas dan menghancurkan nilai kerja keras para seniman. Jika seni hanya sekadar produk instan, lalu di mana tempat bagi kreativitas sejati?
Bagi para pencinta seni dan animasi, perdebatan ini menjadi pengingat bahwa apresiasi terhadap karya manusia harus tetap dijaga. Sebab, di balik setiap sketsa dan frame animasi, ada perjalanan panjang penuh dedikasi yang tidak bisa digantikan oleh algoritma.