Tengoklah ke langit-langit di kota Banjarmasin, sebelum pandangan sampai ke langit, penglihatan akan terhalang oleh kusutnya kabel-kabel yang menghiasi kesemrautan langit kota. semakin padat suatu kawasan, atau semakin tua kawasan tersebut berdiri, semakin kusutlah kabel-kabel tersebut beseleweran, entah dari mana dan menuju kemana.

Jangan bicara estetika kota, saat pandangan kita mengarah ke langit-langit kota. Yang nampak hanya kekusutan, kesemrautan kabel-kabel dengan tiang penyangga yang kurus dan terkadang tidak tegak lagi, jauh dari keindahan, kerapian, bahkan keamanan.

Suatu hari Ombudsman mengundang para pihak yang terkait langsung dengan kesemrautan kabel-kabel tersebut, pertanyaan sederhana yang diajukan Ombudsman waktu itu, bisakah kabel di langit-langit tersebut ditata dengan lebih rapi? Kalau dimungkinkan, digabung dalam satu pipa besar dan ditanam dalam tanah. Di negara-negara maju dibikin dalam terowongan bawah tanah, di sana semua fasilitas menyangkut inprastruktur berbagai aliran dan arus, dijadikan satu. Jawaban para pihak tersebut sangat cepat, ‘tidak bisa pak, perlu biaya mahal, sangat mahal dan tidak ada anggaran untuk itu”.

Lantas, menunggu berapa ratus tahun lagi kabel-kabel ini bisa ditata. Berapa puluh Walikota dan Gubernur lagi harus terpilih, baru kemudian kabel-kabel ini diurus untuk dipikirkan dan ditertibkan sebaik-baiknya.

Tapi, pertanyaan yang lebih mendasar lagi, apakah Gubernur dan Walikota terganggu dengan pemandangan lagit-langit kota? Kalau tidak terganggu, jangan berharap akan memikirkannya. Atau kalau tahu hal tersebut sulit untuk diselesaikan dan kemampuan melakukannya dirasa tidak memadai, jangan bermimpi ada upaya mengatasinya.

Bagaimana mungkin kita bisa membangun kota-kota masa depan sebagaimana yang dilakukan atas kota-kota besar ldi negara lain, kalau urusan kabel saja tidak dapat mengatasinya.

Kita tidak membangun kota ini untuk sepuluh atau dua pulu tahun saja. Apalagi hanya untuk sependek jabatan Gubernur dan Walikota. Kita ingin membangun beribu tahun yang tak terbilang, dan tahun depan kota ini sudah berusia 500 tahun. Karena itu, mau tidak mau, kota ini harus ditata dengan segala estetika yang mampu menjemput masa depan, bukan menumpuk kekusutan dengan kabel di langit kota yang tidak tertata.

Bukankah kekusutan kabel-kabel tersebut, cermin ketidakmampuan dalam menata kota?.

Penulis: Noorhalis Majid

Author