INTERAKSI.CO, Banjarbaru – Untuk pertama kalinya sejak berdiri pada 1966, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, akan memiliki pemimpin perempuan.
Seluruh data dari 397 Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Kota Banjarbaru telah masuk dan menunjukkan kemenangan tipis Lisa Halaby atas lawannya dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada 2025. Itu diambil dari data real count internal yang dirilis oleh Team Dozer, tim pemenangan Lisa Halaby.
Dari total 111.077 suara sah yang masuk, Lisa Halaby meraih 50,77% suara, sementara lawannya, kotak kosong, mengantongi 46,01% suara. Sisa suara sebesar 3,22% dinyatakan tidak sah.
Menariknya, kekuatan Lisa justru tampak dominan di wilayah-wilayah pinggiran kota seperti Kecamatan Cempaka, Landasan Ulin, dan Liang Anggang.
Di Kecamatan Cempaka, Lisa mengantongi 60,26% suara, unggul jauh atas lawannya. Di Landasan Ulin, ia unggul dengan 52,84%, dan di Liang Anggang dengan 56,82% suara.
Sementara itu, di pusat kota seperti Banjarbaru Selatan dan Banjarbaru Utara, suara Lisa cenderung tertinggal.
Di Banjarbaru Selatan, ia memperoleh 42,93%, kalah dari pesaingnya yang meraih 53,72%. Hal serupa terjadi di Banjarbaru Utara. Di sana Lisa hanya memperoleh 43,46%, sedangkan lawannya unggul dengan 53,83%.
Kemenangan ini tidak hanya akan menyegel posisinya sebagai kepala daerah, tetapi juga mencetak sejarah sebagai wali kota perempuan pertama di Kota Idaman.
Dalam sambutan pertamanya sebagai pemenang PSU Pilkada Banjarbaru, Erna Lisa Halaby mengucapkan terima kasih kepada warga Banjarbaru yang telah berpartisipasi aktif dalam PSU. Ia menegaskan komitmennya untuk menghadirkan tata kelola pemerintahan yang inklusif, transparan, dan berpihak pada rakyat.
“Kemenangan ini adalah kemenangan masyarakat Banjarbaru. Saya akan memastikan setiap suara warga terwakili dalam kebijakan publik. Saatnya kita membuka lembaran baru yang lebih adil dan setara,” ujarnya di depan para pendukungnya saat deklarasi bersama Team Dozer di kediamannya Kelurahan Sungai Besar, Sabtu (19/4/2025).
Tonggak Sejarah Perempuan di Panggung Politik Banjarbaru

Banjarbaru dikenal sebagai kota administratif yang baru resmi menjadi daerah otonom pada era Orde Baru.
Namun sejak berdiri 59 tahun lalu, kursi Wali Kota Banjarbaru tak pernah lepas dari dominasi laki-laki. Mulai dari Baharuddin (1966–1970), Abd Gaffar Hanafiah (1970-1975), Abdul Moeis (1975-1981), Abdurahman (1981-1983), dan Edy Rosasi (1983-1984).
Kemudian Zawawi M Aini (1984-1986), Yuliansyah (1986-1990), Raymullan (1990-1993), Hamidhan B (1993-1998), A Fakhrulli (1998-2000), Rudy Resnawan (2000-2005), (2005-2010), Ruzaidin Noor (2010-2015), Nadjmi Adhani (2016-2020), Darmawan Jaya Setiawan (2020-2021) hingga Aditya Mufti Ariffin (2021–2024), kepemimpinan selalu berada di tangan laki-laki.
Kemenangan Lisa Halaby kali ini akan mematahkan tradisi panjang itu. Bagi banyak pihak, ini bukan sekadar pencapaian individu, melainkan simbol dari pergeseran kultur politik yang mulai mengakui kapasitas dan peran strategis perempuan dalam memimpin.
Profil Erna Lisa Halaby

Sejatinya, Lisa Halaby bukan sosok baru dalam dunia pemerintahan dan aktivisme sosial di Kalimantan Selatan. Lahir dan besar di Banjarbaru, Lisa dikenal sebagai birokrat muda yang cerdas dan inovatif. Ia memulai kariernya dari bawah, menjabat sejumlah posisi strategis di pemerintah daerah, sebelum akhirnya terjun ke dunia politik.
Berpendidikan tinggi dan memiliki latar belakang di bidang administrasi publik, Lisa sering terlibat dalam program pemberdayaan perempuan dan peningkatan layanan publik. Ia juga aktif dalam berbagai inisiatif pembangunan inklusif dan lingkungan hidup.
Karismanya sebagai pemimpin perempuan yang tegas namun merangkul semua kalangan menjadi daya tarik tersendiri dalam kontestasi politik. Dalam kampanyenya, Lisa dikenal konsisten menyuarakan isu transparansi anggaran, penguatan UMKM, pemberdayaan perempuan, hingga akses pendidikan dan kesehatan yang merata.
Harapan Baru untuk Banjarbaru
Banjarbaru kini berada di persimpangan penting. Dengan kehadiran Lisa sebagai wali kota baru, warga menaruh harapan besar akan perubahan yang lebih progresif dan merata. Tak hanya menjadi pelopor dalam keterwakilan gender, Lisa juga diharapkan mampu menakhodai Banjarbaru menuju kota yang lebih modern, inklusif, dan adaptif terhadap tantangan zaman.
Sejarah mencatat, dan masa depan menanti. Lisa Halaby bukan sekadar pemecah rekor, tetapi bisa jadi penentu arah baru bagi Banjarbaru.