INTERAKSI.CO, Samarinda – Sejumlah pelajar SMA Negeri 13 Samarinda dibuat terkejut saat membuka menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mereka terima pada Agustus 2025 lalu.
Alih-alih memperoleh makanan sehat sesuai harapan, sebagian siswa justru mendapati lauk berbau tak sedap, bahkan ada yang sudah basi.
Seorang siswa, sebut saja M, mengaku pernah menerima lauk ayam dengan aroma kurang segar. Beberapa temannya bahkan menemukan ayam sudah tak layak konsumsi.
“Waktu itu pas lauknya ayam, ada yang mau basi dan ada juga yang sudah basi,” ujarnya.
Kesaksian serupa juga datang dari D, yang memilih tidak menyantap MBG karena bau menyengat dari lauk yang diterimanya. Ia menilai, kesehatan lebih penting ketimbang memaksakan diri mengonsumsi makanan yang diragukan kualitasnya.
Bahkan, seorang siswa lain menyebut kawannya sempat mengalami muntaber usai makan MBG. Ada juga yang menemukan ulat di sayur capcay. Temuan ini membuat suasana sekolah heboh, karena masalah serupa sebelumnya hanya ramai diberitakan di daerah lain.
Namun, alih-alih membuka persoalan agar ada evaluasi, pihak sekolah justru meminta siswa tidak menyebarkan informasi ke publik maupun media sosial.
“Memang ada guru yang bilang jangan diumbar kalau ada makanan basi atau ada ulat,” ungkap seorang siswa.
Baca juga: Ratusan Guru di Kutai Barat Mogok Kerja, Tuntut Keadilan TPP yang Setara dengan ASN Struktural
Respons Sekolah dan Penyedia MBG
Kepala SMAN 13 Samarinda, Jarnuji Umar, mengakui memang pernah ada persoalan pada menu MBG. Ia menyebut temuan itu langsung dilaporkan ke penyedia, yakni Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Sungai Pinang. Meski begitu, ia menilai makanan tersebut masih bisa dikonsumsi.
“Pada saat itu di bagian sayur tumisnya, tapi masih layak makan, kan bisa saja sayurnya tidak dimakan,” ujarnya.
Ketua SPPG Sungai Pinang, Zidan, juga mengakui sempat terjadi kelalaian di dapur. Ia menyebut sudah menegur petugas yang bersangkutan dan berjanji kejadian serupa tidak terulang lagi.
Kejadian ini menyoroti pentingnya pengawasan lebih ketat dalam penyediaan MBG. Program yang seharusnya menyehatkan siswa justru bisa berisiko jika kualitas makanan tidak dijaga dengan baik.