INTERAKSI.CO, Batulicin – Jarum jam menunjukkan pukul 23.54 Wita. Tak jauh dari Bundaran Banjarbaru, Fahri, sopir travel asal Batulicin, memotret angka kilometer mobilnya.
Dalam hitungan detik, dia menginjak pedal gas dan menerobos gelap melintasi rute bypass Banjarbaru – Batulicin. Dia menggeber Toyota Rush GR rilisan 2023 hanya bersama satu penumpang. Pada Jum’at 26 Juli 2024 malam, dia kebagian orderan membawa jeruk dari Marabahan.
Rambu-rambu lalu lintas tak pernah terlihat di sepanjang jalan. Fahri pun meningkatkan kewaspadaan. Tikungan tajam, tanjakan, serta turunan yang menukik, tak terhitung jumlahnya.
Kondisi makin sulit karena penerangan jalan umum belum dibangun maksimal. Cahaya lampu yang menerangi jalanan hanya dia temui di kawasan Kabupaten Banjar. Setelah memasuki perbatasan Tanah Bumbu, jalanan tak hanya makin gelap, tapi juga makin senyap.
Namun, petualangannya menerobos gelap malam itu lancar. Tak ada gangguan begal, jin, atau kuntilanak. Fahri tiba di SPBU Pal 6, Kecamatan Simpang Empat, pada pukul 04.16 dini hari. Total empat jam perjalanan dengan jarak tempuh sepanjang 174 kilometer dia lalui dengan agak was-was.
“Ada satu tanjakan yang saya sebut dengan ‘tanjakan gigi satu’. Kalau lewat situ harus pakai gigi paling rendah,” katanya.
Baca juga: [EKSKLUSIF] Primitive Monkey Noose Bicara Musik, Politik Menggelitik, dan Rencana Besar 2024
Meski sudah bisa dilintasi, tetapi Fahri mengingatkan agar masyarakat tidak buru-buru. “Apalagi jika tanpa persiapan yang matang. “Karena masih ada ruas jalan yang belum diaspal. Kalau pas hujan, dan kita tidak mahir menyetir, bisa nginap di sana nanti,” katanya.
Dia kemudian memberikan gambaran perbedaan antara jalan nasional dengan jalan Banjarbaru-Batulicin. “Waktu itu saya berangkat bareng teman dari Bundaran Banjarbaru. Dia lewat jalan poros nasional, sementara saya lewat jalan alternatif. Saat saya tiba di Batulicin, dia masih di Angsana. Itu posisi kecepatan santai,” ucap Fahri, membandingkan.
Setelah melakukan perjalanan pertamanya pada malam hari, pada Minggu 28 Juli 2024, Fahri kembali menggunakan jalur tersebut. Bedanya, kali ini dia berangkat pada siang hari. Sore harinya dia sudah bisa bercengkrama dengan anak-anak di rumahnya, di Batulicin.
“Pemandangannya luar biasa. Indah sekali. Ada sungai, gunung, dan bebatuan. Sangat cocok untuk orang yang suka berwisata,” sebutnya.
Lantas, dia juga mengomentari perbedaan saat melintas di jalan poros nasional dengan bypass Banjarbaru-Batulicin. “Perumpamaannya, mungkin kalau lewat sini terus, dari segi perawatan mobil kampas rem akan diganti lebih cepat. Yang tadinya sebulan sekali, bisa dua kali sebulan. Karena banyak tikungan, jadi ngerem terus,” ucapnya.
Baca juga: Rini Dwi Masmuda Blak-blakan: Radio, Jurnalisme, dan Kerinduan pada Sang Ayah
Baca juga: Menyambut Porwanas Kalsel: Tak Hanya Olahraga, Tapi Juga Promosi Wisata dan Budaya
Melihat potensinya, dia optimistis dalam dua sampai tiga tahun ke depan ruas jalan pintas Banjarbaru – Batulicin bisa berfungsi maksimal. Apalagi jika pemerintah sudah membangun penerangan jalan umum, pos polisi untuk menjaga keamanan, dan fasilitas lain yang mendukung, termasuk bengkel kendaraan.
Pembangunan jalan ini digagas sejak 2016 silam dan mulai dibangun secara bertahap pada 2019. Pemprov Kalsel membutuhkan anggaran hingga Rp1 triliun untuk menyelesaikan megaproyek ini. Seperti target pemerintah, jalan bebas hambatan dari Ibu Kota Provinsi Kalsel menuju Batulicin diprediksi selesai tahun ini.
Penulis: Puja Mandela