Oleh Novyandi Saputra
Pacitan, sebuah kabupaten yang menjadi sumbu pertemuan dari tiga provinsi sekaligus yakni Jawa Timur, Jawa Tengah dan DIY Yogyakarta. Sebuah Kabupaten yang dikelilingi gunung dan pantai yang memesona.
Setiap tahun digelar sebuah festival yang berbasis pada inisiatif warga dengan spirit gotong royong dan keguyuban. Festival ini Bernama Festival Ronthek Pacitan (FRP), sebuah festival yang memamerkan kebolehan masyarakat pacitan dalam mengkomposisi ronthek (Ronda Thetek) sebuah instrumen perkusi yang terbuat dari bambu dan ditabuh menggunakan stik.
Pada tahun ini, FRP dilaksanakan pada setiap malam di tanggal 15-17 Juli 2024. FRP hari ini menjadi festival karnaval musik yang dipadupadankan dengan gerak tari dan dekorasi yang megah dengan tata cahaya dan artistik yang luar biasa. FRP kemudian bisa dikatakan perayaan budaya yang penuh warna dan keceriaan dengan antusiasme warga, baik sebagai pesera dan penonton yang tumpah ruah di jalanan utama Pacitan.
Mengikuti festival ini merupakan pengalaman yang tak terlupakan, penuh dengan musik, tari, dan semangat komunitas yang begitu kental yang saya yakini sebagai gambaran budaya Pacitan. Karnaval yang menjadi pusat dari festival ini menampilkan berbagai keunikan dan kreativitas masyarakat Pacitan.
Pada hari pertama, Alun-Alun Pacitan dipenuhi dengan antusiasme dari pengunjung yang datang dari berbagai daerah. Saya meyakini tidak hanya warga Pacitan yang datang, namun juga wisatawan-wisatawan luar nasional bahkan internasional.
Pengalaman pertama saya menonton FRP begitu mencengangkan. Awalnya saya mengira ini hanya karnaval musikal berinstrumen dari bambu saja. Ternyata dugaan saya salah, karnaval ini begitu unik, 2-3 truk dihias sedemikian rupa menyesuaikan tema lokal yang diangkat oleh kelompok peserta FRP masing-masing, tata dekorasi dibuat sedemikian rupa hingga membuat truk-truk tersembunyi di baliknya.
Kemudian tata Cahaya disusun sedemikian rupa, sound-sound yang saya duga berukuran sekitar 10.000 voltase di pasang sebagai pengeras suara musik para peserta FRP. Suara menggelegar, cahaya yang penuh ragam warna memperindah tampilan ronthek dan tari yang dipertunjukan secara bergantian dihadapan Bupati dan seluruh tamu kehormatan.
Selama tiga hari menonton, saya tidak bisa absen karena keunikan dari kreativitas dan inovasi para peserta. Karnaval Ronthek mulai mengalir di jalan utama alun-alun. Karnaval ini menampilkan berbagai kelompok kesenian dari desa-desa sekitar Pacitan, masing-masing membawa ronthek. Suara ronthek yang ritmis dan energik mengiringi langkah para penari yang mengenakan kostum warna-warni, menggambarkan cerita rakyat dan mitos lokal.
Pawai ini menjadi sorotan utama, menarik perhatian ribuan pengunjung yang berjejer di sepanjang jalan. Setiap kelompok berlomba-lomba menampilkan kostum dan dekorasi kendaraan yang paling menarik dan kreatif, menggunakan bahan-bahan lokal dan memanfaatkan kearifan lokal. Kreativitas para peserta sungguh luar biasa, memperlihatkan beragam bentuk dan warna yang mencerminkan kekayaan budaya Pacitan.
FRP juga menjadi salah satu festival unggulan Indonesia yang termasuk di dalam Karisma Event Nusantara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa FRP memiliki dampak yang luar biasa bagi masyaraka Pacitan. Selain itu senergi pemerintah daerah juga terlihat nyata melalui Pak Bupati dan istri yang hadir setiap hari selama tiga hari pelaksanaan event. Beliau menyaksikan dari awal hingga berakhirnya festival. Fenomena yang jarang saya lihat selama hadir dalam festival kebudayaan semacam ini.
Menonton Festival Ronthek Pacitan memberikan banyak momen berkesan yang sulit dilupakan. Salah satunya adalah ketika saya berkesempatan untuk berbincang dengan salah satu seniman ronthek. Ia menceritakan proses pembuatan alat musik ini dan makna mendalam yang terkandung di dalamnya. Saya juga terkesan dengan semangat gotong-royong yang ditunjukkan oleh masyarakat Pacitan dalam menyelenggarakan festival ini. Semua lapisan masyarakat turut berpartisipasi, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, menciptakan festival yang benar-benar inklusif dan meriah.
FRP tidak sekadar sebuah perayaan di dalamnya saya melihat bagaimana FRP menjadi jembatan untuk mengembangakan berbagai subsector ekonomi kreatif, mulai dari subsektor music, subsektor tari, subsektor kriya dan seni rupa, dan tentu saja subsektor kuliner. Pada konteks ini saya mengapresiasi Pemerintah Pacitan yang dengan kegigihannya mampu melihat peluang pemajuan ekonomi kreatif di daerahnya, sehingga masyarakat bisa bertumbuh melalui bergaam subsektotr tersebut.
Selain itu FRP juga mampu menjadi gerbang banyak wisatawan yang kemudian akan menghabiskan waktunya berlibur di wisata-wisata yang ada di Pacitan baik Pantai dan wisata lainya. Menurut saya akan menjadi sangat penting untuk kemudian membuat sebuah alur berwisata yang terintergrasi dengan FRP. Misal jika malam menonton FRP maka pagi hingga sore waktunya berwisata di sekitar Kabupaten Pacitan.
Selain pertunjukan karnaval Ronthek, festival ini juga menjadi ajang untuk menikmati kuliner dan kerajinan lokal melalui pasar Krempyeng. Berbagai stan makanan menawarkan hidangan khas Pacitan. Rasanya yang autentik dan lezat membuat pengalaman festival semakin lengkap. Tak ketinggalan, stan-stan kerajinan tangan memamerkan produk-produk lokal seperti anyaman bambu, batik, dan ukiran kayu.
Saya pun tidak melewatkan kesempatan untuk membeli beberapa oleh-oleh sebagai kenang-kenangan. Festival Ronthek Pacitan bukan hanya sebuah perayaan seni dan budaya, tetapi juga cerminan dari identitas dan kekayaan budaya masyarakat Pacitan. Melalui festival ini, saya belajar banyak tentang nilai-nilai tradisi, kebersamaan, dan kreativitas. Festival ini juga menunjukkan bahwa budaya lokal memiliki daya tarik yang kuat dan dapat menjadi sarana untuk memperkuat ikatan sosial dan memperkenalkan kekayaan budaya kepada generasi muda.
Festival Ronthek Pacitan tidak hanya berperan sebagai ajang pelestarian dan pengembangan budaya dalam konteks event pariwisata, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian lokal. Berikut beberapa sumbangan festival ini terhadap pertumbuhan ekonomi Pacitan seperti peningkatan pariwisata. Festival ini menarik ribuan pengunjung dari berbagai daerah, bahkan mancanegara. Kehadiran para wisatawan ini membawa dampak positif pada sektor pariwisata, meningkatkan hunian hotel, dan mendongkrak pendapatan dari sektor perhotelan dan akomodasi lainnya, juga pada kunjungan di tempat wisata sebagai penyangga FRP.
Festival Ronthek Pacitan tidak hanya berperan sebagai ajang pelestarian dan pengembangan budaya dalam konteks event pariwisata, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian lokal.
Pada sisi yang lain peningkatan Pendapatan UMKM Selama festival berlangsung, banyak pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berpartisipasi dengan membuka stan makanan, kerajinan, dan produk lokal lainnya. Penjualan yang meningkat selama festival membantu meningkatkan pendapatan mereka, sekaligus memperkenalkan produk-produk lokal ke pasar yang lebih luas.
Festival ini juga menciptakan lapangan kerja sementara bagi masyarakat setempat. Mulai dari persiapan hingga pelaksanaan, banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mendukung berbagai aspek festival, seperti dekorasi, keamanan, pengelolaan acara, dan sebagainya. Kemudian pengembangan infrastruktur untuk mendukung kelancaran festival, seringkali dilakukan perbaikan dan peningkatan infrastruktur di sekitar lokasi acara. Ini mencakup perbaikan jalan, fasilitas umum, dan lain-lain yang pada akhirnya juga bermanfaat bagi masyarakat setempat.
Terakhir yang tidak kalah penting adalah promosi daerah. FRP menjadi sarana promosi daerah yang efektif. Liputan media dan cerita dari mulut ke mulut oleh para pengunjung membantu memperkenalkan Pacitan ke khalayak yang lebih luas, membuka peluang bagi investasi dan kunjungan wisata di masa mendatang.
Ke depan, saya berharap Festival Ronthek Pacitan dapat terus berkembang dan menjadi lebih dikenal di kancah nasional maupun internasional. Dengan demikian, kekayaan budaya Pacitan dapat terus dilestarikan dan diapresiasi oleh lebih banyak orang.
Pengalaman menonton festival ini mengingatkan saya akan pentingnya melestarikan tradisi dan budaya lokal sebagai bagian dari identitas kita yang berharga. Bagi saya Festival Ronthek Pacitan adalah perayaan yang meriah dan penuh makna. Melalui karnaval ini, kita dapat merasakan kekayaan budaya dan semangat komunitas yang kuat.
Pengalaman menonton festival ini adalah sebuah perjalanan yang mendalam ke dalam hati budaya Pacitan, meninggalkan kenangan indah yang akan selalu diingat. Semoga festival ini terus menjadi inspirasi dan kebanggaan bagi masyarakat Pacitan dan Indonesia pada umumnya. Saya tentu berharap bisa datang kembali ke Pacitan dan menonton Festival Ronthek-nya.
*
Penulis adalah Dosen Musik Prodi Pendidikan Seni Pertunjukan FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.