Film Midas Man menyelami kisah kompleks pria yang mengubah The Beatles dari band lokal Liverpool menjadi fenomena global.
INTERAKSI.CO, Banjarbaru – Di era awal keemasan musik, rambut mop top dan jas rapi menjadi penanda sebuah revolusi. Di balik transformasi ini, ada satu nama yang jarang mendapat sorotan: Brian Epstein.
Film Midas Man, dengan Jacob Fortune-Lloyd berperan sebagai Epstein, menyelami kisah kompleks pria yang mengubah The Beatles dari band lokal Liverpool menjadi fenomena global.
Sutradara Joe Stephenson membawa pendekatan sinematik yang menghidupkan perjalanan Epstein dalam film ini, yang menjanjikan lebih dari sekadar biopik—ini adalah penggambaran emosional tentang kejayaan dan kerapuhannya.
Dibayangi oleh nama besar seperti John, Paul, George, dan Ringo, Epstein sering terlupakan meskipun ia adalah arsitek sukses mereka.
Midas Man menangkap sosok di balik sorotan: seorang pengusaha jenius yang memperkenalkan disiplin dan strategi yang tak terbayangkan pada masanya. Dari pemilihan jas hitam yang menjadi ciri khas The Beatles hingga strategi pemasaran revolusioner, Epstein merancang formula kesuksesan yang menjadi standar baru dalam industri musik.
Emily Watson dan Eddie Marsan turut berperan dalam memperkaya narasi ini, menambahkan nuansa dramatis pada kisah Epstein. Film ini tidak hanya merayakan keberhasilan, tetapi juga menggali sisi kelam kehidupannya—perjuangannya dengan tekanan sebagai manajer yang hidup dalam bayang-bayang kesuksesan dan pergumulan dengan identitas pribadinya.
Suasana magis London dan Liverpool era 60-an direkonstruksi dengan cermat, membawa penonton kembali ke masa ketika musik dan budaya pop sedang bergemuruh.
Epstein, yang pernah berkata, “Saya tahu saya akan mati muda,” menyiratkan kesadaran mendalam akan beban yang ia pikul.
Midas Man menggali sisi pribadi dan profesionalnya dengan detail, menunjukkan bahwa di balik setiap kesuksesan, selalu ada harga yang harus dibayar. Selesai diproduksi pada Oktober 2024, film ini siap menarik perhatian penonton yang ingin memahami lebih jauh kisah di balik penciptaan fenomena musik terbesar abad ke-20.
Sementara itu, Midas Man memikat dengan nuansa khas 1960-an, menghadirkan detail sejarah seperti perjuangan Epstein untuk membawa The Beatles ke puncak melalui hambatan awal termasuk penolakan dari label seperti Decca. Film ini juga menyoroti kontribusi Epstein pada kesuksesan artis lain seperti Gerry and the Pacemakers dan Cilla Black, menunjukkan pengaruh besarnya di dunia musik Liverpool.
Penampilan cameo menarik, seperti Jay Leno sebagai Ed Sullivan, juga menambah daya tarik film ini dengan menyentuh momen ikonik seperti saat Epstein memohon agar The Beatles tampil di acara Sullivan, menggarisbawahi keahliannya dalam meyakinkan para pengambil keputusan demi kesuksesan band yang ia kelola.