INTERAKSI.CO, Banjarmasin – Lima penyair asal Kalimantan Selatan lolos kurasi Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) XIII yang akan digelar di Jakarta pada 11–14 September 2025 mendatang.
PPN XIII menjadi panggung sastra bergengsi bagi para penyair dari berbagai negara serumpun di Asia Tenggara.
Tahun ini, panitia membuka pengumpulan karya dari penyair Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, hingga Thailand, dengan tema besar “Puisi untuk Perdamaian dan Persaudaraan.”
Selama masa pengumpulan hingga 30 Mei 2025, panitia menerima 1.800 puisi dari 616 penyair. Proses kurasi dilakukan secara ketat oleh tiga kurator: Maman S. Mahayana, Ahmadun Yosi Herfanda, dan Hasan Aspahani. Hasil seleksi diumumkan pada 20 Juli 2025.
Sebanyak 230 puisi dari 230 penyair dinyatakan lolos dan diundang menghadiri PPN XIII di Jakarta. Dari Kalimantan Selatan, lima nama berhasil menembus kurasi.
Mereka adalah Rezqie M. A. Atmanegara dari Hulu Sungai Tengah, Muhammad Daffa dari Banjarbaru, Wildanne dari Banjarmasin, Karst Mawardi dari Banjarmasin, serta penyair senior Tarman Effendi Tarsyad dari Banjarmasin.
Baca juga: Saat Misbach Tamrin Berbincang dengan Pramoedya di Kapal Anyer-Panjang
Baca juga: Tolak RUU RKUHAP, BEM se-Kalsel: Hukum Bukan Alat Penindas
Salah satu penyair muda yang lolos, Muhammad Daffa, berbagi pengalamannya. Ini kali pertama ia mengikuti ajang PPN dan langsung berhasil lolos seleksi.
Pria kelahiran Banjarbaru tahun 1999 itu merupakan alumni Sastra Indonesia Universitas Airlangga. Kecintaannya pada sastra tumbuh sejak duduk di bangku SMA. Ia mengaku banyak belajar dari majalah sastra Horison.
“Dari sana saya banyak belajar bahwa puisi bukan sekadar main rima aja, tapi juga soal permainan perspektif masing-masing penyair terhadap suatu permasalahan sosial,” ujarnya kepada Interaksi.co, Sabtu (2/8/2025).
Daffa mengaku memilih jalur sastra sebagai alternatif untuk berbicara melalui karya, karena merasa kesulitan dalam komunikasi verbal.
Soal peran puisi, ia menilai tidak serta-merta mampu menggerakkan masyarakat secara langsung. Namun di sisi lain, puisi bisa memicu pembaca untuk ikut menulis.
“Pancingan idenya bisa beda-beda. Ada yang karena baca quotes di Instagram yang relate, atau murni dari karya sastra yang dirasa masuk secara rasa estetiknya,” jelasnya.
Sebelum mengikuti seleksi PPN XIII, diakuinya ia memang sering mengirimkan karya ke berbagai penerimaan naskah antologi puisi.
Beberapa tulisannya pernah dimuat dalam buku Dari Jalan Semarang Sampai Kayutangan (BWCF 2023), Distopia (Payakumbuh Poetry Festival 2023), dan Negeri Segala Umpama (PPF 2022).
“PPN XIII kudapat infonya pertama dari seorang kawan di Facebook. Lalu mentor menulisku, Ali Syamsudin Arsi, juga ikut mendorong untuk kirim karya ke sana,” ungkapnya.
Dalam PPN XIII, Daffa mengirimkan puisi berjudul Datang Sekaligus Pulang yang menyinggung isu kesehatan mental dan bunuh diri, tema yang menurutnya jarang diangkat dan luput dari perhatian masyarakat. Ia mengaku banyak peserta terkecoh dengan tema utama PPN.
“Temanya itu di satu sisi menjebak. Karena puisi yang dikirimkan ke panitia cenderung rata-rata berbicara soal Palestina. Sedangkan karya saya fokusnya ke arah personal,” tuturnya.
Daffa juga membagikan tema karya rekan-rekannya. Rezqie menulis soal tanah kelahiran, sementara Wildanne mengeksplorasi perjalanan dan ekspedisi.
“Tema-tema yang kami kirimkan ke PPN 2025 itu mungkin agak melipir, tidak menyentuh sisi kemanusiaan atau persaudarannya secara langsung. Tapi kami mencoba menyoroti dari sudut pandang yang underground, di luar hal-hal yang umum,” paparnya.
“Menurut kami, karya sastra yang baik itu harus bisa menyentuh sisi lain kemanusiaan,” lanjutnya.
Rencananya, Rezqie, Daffa, dan Wildanne akan berangkat ke Jakarta. Sementara Karst Mawardi dan Tarman Effendi Tarsyad menyatakan tidak bisa hadir karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.
Saat ini, ketiganya sedang mengajukan proposal pendanaan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Kabar terbaru menyebutkan mereka telah mendapat rekomendasi resmi dari pihak terkait.
“Harapannya, semoga dana yang diajukan bisa diakomodasi agar kami bisa berangkat membawa nama Kalimantan Selatan sekaligus memperkenalkan penulis-penulis muda di tingkat nasional, bahkan global,” tandasnya.