INTERAKSI.CO, Banjarmasin – “Di luar kehidupan dan kematian, kutemukan kau dalam ingatan.”

Penggalan bait “Deja Vu” karya Y.S. Agus Suseno yang dibacakan oleh Micky Hidayat menjadi tanda permintaan maafnya atas kejadian 35 tahun lalu. Saat itu, ia tidak bisa hadir dalam diskusi puisi yang digagas oleh Agus Suseno, yang membuatnya sangat kecewa.

Mengenang enam bulan kepergian Y.S. Agus Suseno, Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kota Banjarmasin mengawali acara dengan Ngaji Puisi karya Y.S. Agus Suseno, kemudian dilanjutkan dengan bedah buku Antologi Puisi Tanah Banjar: Negeri Kesedihan.

Acara tersebut menghadirkan Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP ULM, Sainul Hermawan, serta Ketua DKD Kota Banjarmasin, Hajriansyah.

Bedah Buku Tanah Banjar: Negeri Kesedihan karya Y. S. Agus Suseno. Foto: Interaksi/Mohammad Rizky Rezaldi

Dalam bedah buku ini, Sainul Hermawan menceritakan pengalamannya saat diminta oleh Y.S. Agus Suseno untuk membantu penggarapan antologi puisinya, Tanah Banjar: Negeri Kesedihan. Selain itu, Hajriansyah juga menuturkan berbagai tema puisi serta pengalaman hidup bersama Y.S. Agus Suseno.

Peserta yang hadir berasal dari komunitas literasi, pegiat budaya dan sastra, hingga kalangan umum. Mereka turut aktif dalam sesi diskusi, mulai dari berbagi pengalaman bertemu langsung dengan almarhum hingga membahas keengganan Y.S. Agus Suseno untuk membukukan puisinya, yang akhirnya berhasil dilakukan.

Baca juga: Satu Abad Pramoedya: Kampung Buku Banjarmasin Ajak Anak Muda Kembali Membaca

Ketua DKD Kota Banjarmasin, Hajriansyah, mengatakan bahwa kegiatan Ngaji Puisi rutin dilaksanakan selama bulan Ramadan.

“Ngaji Puisi tidak sekadar membaca puisi, tetapi juga memaknai isi dan pesan dari karya puisi atau penyair yang ditampilkan di setiap edisinya,” ujar Hajriansyah kepada Interaksidotco, Minggu (24/3/2025).

Tahun ini, Komite Sastra DKD menampilkan Y.S. Agus Suseno dalam Ngaji Puisi ke-5.

“Kita mengenal sikap Y.S. Agus Suseno yang kritis dalam menyuarakan pendapat kepada pemerintah dan pihak yang berkuasa. Dia to the point. Tapi itulah sikap Y.S. Agus Suseno yang jujur dan patut diteladani,” jelasnya.

Ketua Dewan Kesenian Daerah Kota Banjarmasin, Hajriansyah saat diwawancarai. Foto: Interaksi/Mohammad Rizky Rezaldi

Namun, kata Hajri, Y.S. Agus Suseno tidak hanya menciptakan puisi tentang kritik sosial, tetapi juga puisi bertema keagamaan hingga romantisme.

“Ini mungkin tidak banyak diperhatikan, karena yang lebih disorot adalah karya-karya kontroversialnya. Namun, Y.S. Agus Suseno juga menulis puisi romantisme, baik tentang kenangan pribadinya maupun yang ditujukan kepada orang-orang terdekat, seperti puisi pernikahan,” tuturnya.

Hajri, sapaan akrabnya, berharap anak muda dapat mengenal penyair Kota Banjarmasin. Tidak hanya sekadar membaca, tetapi juga meneladani sikap dan pemikirannya.

“Itu penting untuk diteladani, bisa menjadi contoh atau pilihan kita. Di tengah situasi sosial yang semakin berat saat ini, sikapnya bisa menjadi teladan yang berharga bagi anak muda,” pungkasnya.

Editor: Puja Mandela

Author