INTERAKSI.CO, Banjarbaru – Masyarakat Kalimantan Selatan (Kalsel) akan membentangkan kain sasirangan sepanjang 5.700 meter dalam event Meratus Geopark Great Culture Carnival. Ini dilakukan untuk memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI).
Event ini digelar bersamaan dengan pelaksanaan event Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) yang dilaksanakan di kawasan perkantoran Pemerintah Provinsi Kalsel, di Banjarbaru, pada 20 Agustus 2024.
“Pembentangan kain sasirangan ini akan melibatkan seluruh komponen masyarakat dan pemerintah kabupaten kota,” kata Ketua Harian Badan Pengelola Geopark Meratus, Hanifah Dwi Nirwana, dalam rilis yang diterima interaksi.co, Kamis (25/7/2024).
Kain yang akan disediakan untuk pemecahan rekor ini mencapai 3.210 lembar kain sasirangan. Kain tersebut akan dijahit dengan estimasi panjang 6.420 meter dengan target 5.700 meter. Sebanyak 6.652 partisipan akan terlibat.
Dia mengatakan Meratus Geopark Great Culture Carnival hadir sebagai dukungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dalam rangkaian memperingati Hari Jadi Provinsi Kalsel ke-74.
Hanifah Dwi Nirwana ingin Harjad Provinsi Kalsel ke-74 menjadi momentum untuk semakin membumikan Geopark Meratus. Dia pun meminta masyarakat untuk menyukseskan event ini.
“Kita harapkan ini sebagai bagian penting pada perayaan pesta rakyat sebagai ekspresi kegembiraan masyarakat Kalsel. Selain itu, sasirangan akan mendapatkan pengakuan atas hak kekayaan identitas geografis sebagai produk yang berkarakter khas dan unik yang dimiliki oleh masyarakat Kalsel,” ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor optimistis visi misi Kalsel Maju, Makmur, Sejahtera, dan Berkelanjutan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dan memperkuat ketahanan bencana dapat terwujud dengan program pengajuan Geopark Meratus masuk ke dalam Unesco Global Geopark (UGGp).
“Saya yakin usulan ini akan diterima menuju UGGp. Geopark Meratus memiliki kekayaan alam yang unik dan langka, flora dan fauna yang menjadi warisan bersama, menjadi bagian kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya sehari-hari, masyarakat juga bergantung pada keberadaan alam Meratus,” kata Sahbirin, Kamis (25/7/2024).