Biarlah isu pelecehan seksual yang menimpa senator muda kebanggaan banua, bergulir dan berporses secara hukum, guna mendapatkan tindakan yang seadil-adilnya. Atau minimal, agar tidak menambah simpang siur, informasinya diluruskan oleh yang bersangkutan. Sebab, benar apa kata Pazri sang ahli hukum, ini bukan saja menyangkut nama baik pribadi, tetapi juga nama baik daerah, banua yang diwakilinya.
Lantas apa sebenarnya “pungkala” dari rawannya seorang muda, menduduki jabatan-jabatan publik penting, yang dapat menggelincirkan dia dari perbuatan yang tidak terkontrol?
Kebudayaan banjar menyindir seseorang yang tidak siap secara mental serta emosional, menghadapi situasi baru mengagetkan, yang sebelumnya tidak pernah dia alami dengan satu ungkapan, yaitu takajut rami.
Tiba-tiba kehidupan berubah, bisa karena mendadak kaya – mendadak tekenal, mendadak jadi orang penting, lalu berada di lingkungan pergaulan berbeda, berkawan dengan orang-orang yang dunianya tidak sama. Berusaha menyesuaikan gaya, penampilan dan budaya, sebagaimana orang-orang yang baru dikenal tersebut, tapi terkesan tidak wajar – berlebihan – norak, itulah yang dimaksud takajut rami.
Kaget ramai, begitu arti harfiah yang mendekati. Seperti orang yang sebelumnya tinggal di pedalaman kampung, kehidupannya sederhana dan bersahaja, seketika pindah ke kota dan hidup dengan budaya dan pergaulan orang kota. Atau yang sebelumnya biasa-biasa saja, tidak pernah mendapat perhatian orang banyak – bahkan ditoleh saja tidak, seketika menjadi pusat perhatian – dikerumuni dan digandrungi banyak orang – menjadi pusat berita – viral.
Rupanya, kaget bukan hanya karena mendengar suara atau kabar yang menyentakkan diri. Suasana yang mendadak berubah juga dapat menimbulkan kekagetan. Termasuk kala mendadak kaya, mendadak terkenal, mendadak jadi pejabat penting.
Sebagaimana orang kaget, tindakan dan ucapan tidak terkontrol. Yang mendadak kaya akan merasa paling kaya dari siapapun, begitu juga mendadak terkenal, seolah paling populer sejagat raya. Mendadak jadi pejabat, lantas arogan auzubilah.
Bila tidak mampu menahan dan mengontrol diri, akan kebablasan – bersikap dan berlaku tidak wajar, bisa saja seketika menjadi sombong, angkuh – seolah tidak kenal dan tidak tahu kehidupannya yang dahulu.
Nasib manusia memang sering tidak terduga. Siapa saja sangat mungkin mendadak kaya atau mendadak terkenal – tetiba menduduki jabatan penting, namun bila memiliki kematangan diri – pasti tidak mudah berubah. Akan tenang dan tetap sederhana menghadapi keadaan. Kaget sedikit tidak mengapa, setelahnya harus sadar – kontrol dan kendali diri mesti dilakukan.
Ungkapan ini memberikan pelajaran, pada saat menghadapi situasi dan suasana yang mendadak berbeda, baik karena nasib yang seketika berubah, atau pun lingkungan tiba-tiba berganti, usahakan tetap wajar – mampu mengendalikan diri, tidak mudah terbawa arus dan suasana. Ingatlah, semua itu hanya fatamorgana – permainan belaka, jangan lupa diri, apalagi sampai takajut rami.
Penulis: Noorhalis Majid