INTERAKSI.CO, Marabahan — Di desa yang warganya masih mengandalkan air sungai mentah untuk mandi, mencuci, hingga memasak, puluhan siswa SDN Tamban Sari Baru justru tampak riang.

Pagi itu, mereka menumpukan pasir, batu, arang dan sabut kelapa ke dalam botol plastik untuk membuat penyaring air sederhana.

Kegiatan ini digelar mahasiswa KKN Tematik Kelompok 5 Ilmu Komunikasi ULM sebagai upaya mendukung perbaikan sanitasi dasar di desa. Pasalnya, fasilitas pengelolaan air di Tamban Sari Baru masih tergolong minim.

Data PDAM Barito Kuala mencatat, dari 17 kecamatan di kabupaten ini, hanya 15 yang terlayani jaringan air bersih.

Dua kecamatan lainnya, termasuk wilayah Tamban, hanya sebagian yang menikmati akses tersebut. Kondisi ini membuat sebagian besar warga masih bergantung pada air sungai untuk kebutuhan sehari-hari.

Pembuatan penyaring air sederhana oleh KKN Kelompok 5 Ilmu Komunikasi di SDN Tamban Sari Baru. Foto: Nadya untuk Interaksi.co

Baca juga: Tolak RUU RKUHAP, BEM se-Kalsel: Hukum Bukan Alat Penindas

Baca juga: Baru Sehari Dibuka, Puluhan Pelajar Daftar Kemah Jurnalistik PWI Tanah Bumbu

“Penggunaan air sungai yang mentah tanpa filtrasi dapat menyebabkan banyak penyakit terhadap masyarakat desa seperti muntaber, diare, dan gatal-gatal. Maka dari itu ada upaya untuk berkoordinasi dengan staf desa dan dinas kesehatan untuk hal tersebut,” kata Raja Iskandar Saleh, mahasiswa KKN Tematik Kelompok 5 kepada Interaksi.co, Jumat, (8/8/2025).

Raja menekankan pentingnya pengetahuan soal penyaring air karena desa mereka dikelilingi sungai dan rawa. Air yang tidak diolah dapat membahayakan kesehatan.

“Air sungai jika dikonsumsi mentah-mentah akan menimbulkan penyakit, sehingga penting bagi kita untuk memperhatikan kebersihan air agar tetap sehat,” ungkapnya.

Sesi pembelajaran dimulai dengan presentasi interaktif yang menjelaskan fungsi tiap lapisan penyaring dan tahapan pembuatannya. Setelah itu, siswa langsung mencoba membuat filter menggunakan sabut kelapa, kerikil, batu, pasir, dan arang untuk menyaring kotoran, minyak, serta partikel halus.

Suasana praktik berlangsung antusias. Khairiyah, siswi kelas 5 yang menjadi anggota kelompok 2, tampak bersemangat mencari bahan.

“Saya mencari sabut kelapa untuk kelompok. Saya bersemangat sekali dan membawa banyak,” ujarnya.

Raja berharap kegiatan ini bisa menumbuhkan kesadaran siswa akan pentingnya air bersih dan mendorong kebiasaan hidup sehat.

“Diharapkan anak-anak memiliki kesadaran terhadap pentingnya air bersih dan kebersihan diri, demi kesehatan mereka juga. Selain itu apabila publikasi kegiatan proker ini dapat sampai ke staf desa, diharapkan dapat menindak dengan serius masalah air bersih,” tandasnya.

Author