INTERAKSI.CO, Banjarmasin – Pada Juni 1990, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Inilah Tempat Rakyat – (minus) Omongan atau dikenal dengan INTR-O FISIP ULM resmi berdiri.
Kini unit kegiatan mahasiwa yang bergerak dibidang jurnalistik itu genap berusia 35 tahun. Momen tersebut mereka rayakan lewat gelaran INTR-O Press Week (IPW) Volume II.
Isu-isu jurnalisme dan penggunaan Artificial Inteligence (AI) menjadi bahasan utama. Itu dirangkai dalam kegiatan Journalist Training Development dan Focus Group Discussion, yang berlangsung sejak 22 hingga 27 Juni 2025.
Dalam rangkaian akhir kegiatan, IPW Volume II mengadakan Workshop Ultimate Leadership dengan menghadirkan Program Manager The New You Institute, Andaka Bimo Wahyu Saputra.

Baca juga: BNNP Kalsel: Remaja Jadi Kelompok Rentan Penyalahgunaan Narkoba
Baca juga: Gereja Katedral Keluarga Kudus Banjarmasin Ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya Kota
Diskusi menarik tersaji sepanjang sesi workshop. Mulai dari dampak AI terhadap leadership, potensi AI menggantikan peran manusia hingga peserta berbagi cerita dan pengalaman curhat dengan ChatGPT.
Artificial Inteligence, kata Bimo, tak masalah jika digunakan untuk mencari pertimbangan-pertimbangan tambahan, karena sifatnya sebagai alat. Namun, dirinya kembali mengingatkan keputusan pertimbangan itu hanya manusia yang menetapkan.
Menurutnya, dalam lima tahun ke depan manusia memang harus beradaptasi dan menggunakan AI.
“Tapi, itu harus dijadikan catatan bahwasannya (AI) hanyalah alat. ‘Pilot’-nya tetap manusia,” kata Bimo saat diwawancarai seusai acara di Wetland Square Banjarmasin, Sabtu (28/6/2025).
Mendukung narasumber, Pemimpin Umum LPM INTR-O 2025, Muhammad Aldi, menambahkan penggunaan AI tentu ada banyak kelebihannya, namun jika digunakan terus-menerus berdampak buruk pada kemampuan berpikir manusia.

Baca juga: Saat Meratus dan Raja Ampat Sama-Sama Jadi Korban Atas Nama Pembangunan
”Kelebihannya, banyak sekali. Terutama sebagai alat bantu. Dampak negatifnya, membuat orang ketergantungan. Itu karena dampak positifnya mempermudah, akhirnya critical thinking kita cenderung menurun,” jelasnya.
Dia juga menjelaskan perbedaan konsep acara IPW tahun ini dengan tahun sebelumnya. Jika tahun lalu mengusung konsep perlombaan, tahun ini mereka lebih menonjolkan diskusi dan pameran.
Sekitar 20 partisipan berkontribusi dalam Art Exhibition, lewat karya fotografi dan lukisan. LPM INTR-O juga memamerkan produk jurnalistik mereka seperti majalah dan buletin.
“Kalau ditotal sekitar ada 40-an karya. Tidak hanya dari kontributor, tapi juga karya-karya dari LPM INTR-O,” tandasnya.