INTERAKSI.CO, Banjarmasin – Kasus keracunan massal yang baru-baru ini terjadi di Kabupaten Banjar membuka mata banyak pihak mengenai pentingnya mengawasi kandungan nitrat dalam makanan.

Zat yang sering ditemukan secara alami dalam sayuran dan juga digunakan sebagai bahan pengawet ini, ternyata dapat menjadi berbahaya bila kadarnya berlebihan atau jika mengalami perubahan kimia tertentu saat proses pengolahan makanan.

Dinkes Banjar Ungkap Penyebab Siswa Keracunan MBG

Nitrat adalah senyawa kimia yang secara alami terdapat pada tanah, air, dan beberapa jenis tanaman, terutama sayuran hijau seperti bayam, selada, dan seledri.

Dalam industri pangan, nitrat juga digunakan sebagai pengawet daging dan olahan makanan karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab pembusukan.

Namun, walau terdengar aman, penggunaan nitrat pada makanan perlu diawasi dengan ketat. Saat nitrat terpapar panas tinggi atau bercampur dengan protein, zat ini dapat berubah menjadi nitrit, senyawa turunan yang berpotensi berbahaya bagi kesehatan manusia.

Mengapa Nitrat Bisa Menyebabkan Keracunan?

Konsumsi makanan yang mengandung nitrat dalam kadar tinggi dapat menyebabkan gangguan metabolisme oksigen dalam darah, yang dikenal sebagai methemoglobinemia.

Kondisi ini membuat darah sulit mengikat oksigen, sehingga tubuh mengalami gejala seperti mual, pusing, sesak napas, hingga kulit membiru.

Anak-anak dan bayi merupakan kelompok yang paling rentan terhadap paparan nitrat berlebih. Pada usia ini, sistem enzim dalam tubuh mereka belum bekerja sempurna untuk menetralisir zat tersebut.

Itulah sebabnya, ketika kandungan nitrat ditemukan dalam menu makan bergizi untuk siswa sekolah, pemerintah langsung melakukan investigasi menyeluruh.

Baca juga: Kapan Waktu Terbaik Minum Madu? Ini Manfaatnya di Pagi, Sore, Malam, hingga Saat Sakit

Kandungan nitrat bisa muncul bukan hanya dari bahan makanan alami, tetapi juga dari air yang terkontaminasi pupuk pertanian atau dari proses pengolahan yang tidak higienis.

Dalam kasus makanan yang dimasak secara massal, penggunaan bahan baku yang sudah lama disimpan atau sayuran yang tidak dicuci bersih juga dapat meningkatkan kadar nitrat dalam hidangan.

Selain itu, penyimpanan makanan pada suhu tidak tepat juga dapat mempercepat konversi nitrat menjadi nitrit, terutama bila makanan tersebut mengandung sayuran atau bahan pengawet tertentu.

Pentingnya Pengawasan dan Edukasi Pangan

Meski nitrat masih dianggap aman dalam batas tertentu, pengawasan terhadap bahan makanan tetap harus dilakukan.

Produsen maupun penyedia makanan publik, seperti program makan bergizi di sekolah, wajib memastikan setiap bahan telah melalui uji laboratorium keamanan pangan.

Selain pengawasan dari pemerintah, edukasi bagi masyarakat dan penyedia makanan juga penting agar mereka memahami risiko di balik penggunaan bahan dengan kandungan nitrat tinggi.

Pengolahan makanan sebaiknya dilakukan dengan cara yang higienis, menggunakan bahan segar, dan tidak disimpan terlalu lama sebelum dikonsumsi.

Kandungan nitrat memang tak selalu jahat—tetapi ketika dibiarkan tanpa kontrol, zat ini bisa berubah menjadi sumber bahaya yang nyata.

Kasus keracunan di Banjar menjadi peringatan bahwa makanan bergizi tidak cukup hanya dilihat dari nilai gizi, tetapi juga dari keamanannya.

Author