INTERAKSI.CO, Jakarta – Dalam wilayah Republik Indonesia, Sulawesi termasuk satu dari lima pulau terbesar. Kini ada enam provinsi di dalamnya: Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.

Di zaman Hindia Belanda, pulau ini tak disebut sebagai Sulawesi oleh penguasa. Pemerintah Hindia Belanda menyebutnya Celebes. Penggunaan sebuatan itu terus meluas hingga perkumpulan pemuda asal Sulawesi semasa pergerakan nasional menamakan dirinya Jong Celebes (Pemuda Celebes atau Sulawesi).

Secara biodiversity, Sulawesi dianggap sebagai daerah peralihan antara daerah berfauna Asia dan daerah berfauna Australia. Adalah Max CW Weber, zoologis Jerman, yang –meneliti setelah Afred Russel Walace– mengkategorisasikannya demikian.

“Weber yang mengadakan penelitian keanekaragaman di Indonesia setelah Wallace, menemukan bahwa hewan-hewan di Sulawesi tidak sepenuhnya bertipe Australia karena ada jenis-jenis hewan yang mempunyai sifat seperti oriental. Oleh karena itu, Weber menganggap Sulawesi merupakan daerah peralihan antara hewan tipe oriental dan hewan tipe Australia. Weber membuat garis pemisah yang memanjang di sebelah timur pulau Sulawesi yang disebut Garis Weber,” tulis Arrijani dkk dalam Buku Ajar Biodiversitas.

Seperti pulau lain di Indonesia, Sulawesi tak hanya punya kekayaan biodiversity. Pulau ini juga punya hasil bumi dan kekayaan budaya.

“Di Celebes (Sulawesi) dan pulau-pulau di sekitarnya, telah ditemukan sejumlah potensi bijih besi yang mengandung nikel, dan juga batuan aspal. Beberapa tambang emas mulai beroperasi di Pulau Celebes (Sulawesi). Selain itu, tembaga ditemukan juga di sini,” catat  J. Stroomberg dalam Hindia Belanda 1930.

Jenis logam lain yang ditemukan di sini antara lain: bauksit, seng, dan galena. Nikel setidaknya ditambang besar-besaran di Sarowako, dekat Danau Matano. Nikel kini termasuk yang naik daun karena mobil listrik.

Namun, Sulawesi identik dengan besi. Besi merupakan bagian penting dari kehidupan manusia di banyak tempat, termasuk beragam masyarakat di Sulawesi. Dalam Pamor dan Landasan Spiritual Senjata Pusaka Bugis, Ahmad Ubbe dkk. menyebut alam dan manusia terdiri dari unsur tanah, angin, air dan api. Unsur-unsur itu dilambangkan dalam warna. Putih lambang air, merah untuk api, kuning untuk angin, dan hitam untuk tanah. Besi berasal dari tanah dan terlambang pula sebagai hitam. Oleh karenanya hitam menjadi warna yang sering dipakai di Sulawesi Selatan.

Besi bisa diolah menjadi beragam peralatan hidup, termasuk senjata seperti badik, tombak, dan keris. Kendati identik dengan Jawa, keris setidaknya dijadikan lambang dari laskar pejuang asal Sulawesi era revolusi 1945, Kesatuan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS). Tanpa disadari para laskar itu pun Sulawesi identik dengan besi juga.

Dari kedekatan dengan besi itu pula nama Sulawesi bisa dikira-kira. Hal itu diungkapkan Indonesianis Audrey Kahin dan Robert Cribb.

“Asli namanya tidak jelas. Sulawesi bisa diturunkan dari Sula Besi (Pulau Besi),” catat Audrey Kahin dan Robert Cribb dalam Kamus Sejarah Indonesia.

Ahmad Ubbe dkk menyebut dalam cerita orang Bugis Kuno, di Lontara; dan Galigo, ada disebut masa-masa kerusuhan yang membuat kawasan selatan pulau itu disebut Pulau Keonaran. Namun nama ini tidak lama. Sejak orang Belanda datang sekitar abad ke-17, orang Belanda menyebutnya Celebes.

Celebes yang sudah terdengar mirip dengan Sulawesi, ada yang mengaitkannya dengan orang Portugis. Portugis datang pada abad ke-16 ke sisi utara Sulawesi dan mereka menemukan perairan yang sering membuat kapal karam.

“Ada yang mengatakan bahwa nama pulau Celebes (Sulawesi) berasal dari bahasa Portugis. Menurut mereka, kartografer Nicholas Desliens dalam suatu peta yang digambarkannya pada tahun 1541, memberikan nama Ponta dos Celebres (Tanjung Orang-orang Termasyhur),” catat António d’Oliveira Pinto da França dalam Pengaruh Portugis di Indonesia.

Tentu saja itu hanya versi orang Portugis. Setelah Hindia Belanda kalah pada 1942, nama Sulawesi semakin populer di kalangan orang Indonesia. Popularitas itu mengalahkan Celebes yang dipilih para pejabat kolonial Belanda yang pada 1945 ingin kembali menguasai Nusantara di bawah Kerajaan Belanda. Nama Sulawesi akhirnya lebih banyak dipakai, hingga hari ini.

Sumber: Historia

Author