INTERAKSI.CO, Banjarbaru – Gubernur Kalimantan Selatan, Sahbirin Noor, baru saja meresmikan jalan bebas hambatan yang menghubungkan Kota Banjarbaru dengan Batulicin. Peresmian dirangkai dengan Kirab Merah Putih bersama ribuan riders pada Sabtu (24/8/2024) kemarin.
Sejak satu bulan lalu, arus lalu lintas dari Batulicin menuju Banjarbaru, dan sebaliknya, mulai terurai. Pengguna jalan yang semula melintasi jalan nasional, kini beralih ke rute alternatif.
“Selama satu bulan terakhir, saya sudah 13 kali lewat bypass, hanya tiga kali melintasi jalan nasional,” kata Fahri, sopir travel asal Batulicin, kepada interaksi.co, Minggu (25/8/2024).
Fahri kini punya WhatsApp Grup yang anggotanya para sopir travel yang sudah biasa melintasi jalan bebas hambatan. Awalnya, grup ini hanya memiliki 16 anggota, tapi hari ini ada 57 sopir travel yang bergabung ke ‘komunitas’ itu. Antusiasme penumpang untuk melintasi bypass juga sangat besar.
“Kecuali dari empat penumpang, ada tiga yang dari Satui, baru kami lewat jalan nasional. Kalau orang Satui atau Angsana cuma satu, biasanya kami oper ke travel yang lewat sana,” ujarnya.
Baca juga: Menerobos Gelap dari Ibu Kota Kalimantan Selatan ke Batulicin
Baca juga: Paman Birin Terima Penghargaan Kepala Daerah Peduli Olahraga
Sementara itu, ada kekhawatiran rute Batulicin – Satui – Pelaihari – Banjarbaru akan ditinggalkan pengguna jalan karena efektivitas jalan bebas hambatan. Dampak terburuknya bisa saja seperti kawasan Pantai Utara Jawa (Pantura) yang sepi setelah adanya jalan tol. Ini tentu juga sangat berdampak ke sektor ekonomi masyarakat.
Namun, tokoh masyarakat Satui, Bambang Sucipto, masih optimistis jalan bebas hambatan akan lebih banyak memberikan dampak positif dibanding negatif.
“Pasti itu membawa dampak. Yang penting jangan sampai perhatian ke jalan nasional itu kurang, diabaikan, sehingga minat warga untuk bertempat tinggal atau lewat jalan situ berkurang. Kan, sayang dengan banyaknya fasilitas yang sudah dibangun,” kata Bambang, saat berbincang dengan interaksi.co.
Baca juga: Menyambut Porwanas Kalsel: Tak Hanya Olahraga, Tapi Juga Promosi Wisata dan Budaya
Meski punya potensi membuat Satui dan wilayah sekitarnya menjadi lebih sepi, tapi secara umum Bambang Sucipto merasa bangga dengan pembangunan bypass tersebut.
“Sebagai warga Kalsel saya bangga, karena masyarakat memang membutuhkan,” katanya.
Di sisi lain, sebagian warga Pagatan masih memilih melintasi jalan nasional. Sebab, jarak tempuh menuju gerbang bypass di Kecamatan Mantewe memakan waktu lebih dari satu jam.
“Saya masih lewat jalan nasional, karena kalau dari Pagatan jarak tempuhnya hampir sama. Juga enak bisa mampir makan di jalan,” ucap Deddy, warga Mattone Pagatan.
Pemprov Kalsel membutuhkan anggaran mencapai Rp1 triliun untuk proyek yang digagas sejak 2016 silam dan mulai dibangun secara bertahap pada 2019.
Penulis: Puja Mandela