Oleh Puja Mandela
Banyak yang stres, gugup, asam lambung, tipes, sampai meriang. Ini adalah gambaran lain dari pelaksanaan Sekolah Jurnalisme Indonesia angkatan IV yang digelar di Banjarmasin pada 10 – 13 Juli 2024.
Sensasinya tentu tak cukup hanya digambarkan lewat kata-kata. Saya mengikuti sekolah ini dalam kondisi sehat wal afiat hanya sampai hari kedua. Tolak angin dan paracetamol, yang sedari awal tersimpan di tas mulai terlihat berguna di hari ketiga.
Menjelang ujian akhir, Wahyu, wartawan dari Radar Banjarmasin mondar-mandir di depan ruangan penguji. Berkali-kali dia menyebut kakinya gemetar. Di tempat lain, wajah-wajah kusut jelas terlihat. Seorang wartawan bahkan mengaku dalam kondisi meriang sesaat sebelum dipanggil penguji.
Saya? Secara mental sebenarnya biasa saja. Sebab saya yakin bisa mempertanggung jawabkan pikiran yang saya tuangkan ke dalam makalah dengan baik. Rini Dwi Masmuda, dari LPPL Abdi Persada, juga terlihat biasa saja.

Rasa gugup itu muncul justru menjelang pengumuman. Rasanya deg-deg ser. Akhirnya yang ditunggu datang juga. Rini meraih poin tertinggi dengan nilai 95. Saya mengikuti di belakangnya dengan nilai 90. Saya ikhlas.
Dia memang layak meraih nilai tertinggi, sebab SJI Kalsel butuh ikon yang kuat yang bisa mendakwahkan mazhab jurnalisme yang benar ke seluruh penjuru Kalimantan Selatan. Dia punya kemampuan itu. Saya yakin.
Pada momen testimoni, saya menyampaikan bahwa sekuat apapun laki-laki sudah berusaha, tetapi wanita lah yang akan menjadi juaranya. Orang-orang tertawa. Tokoh-tokoh pers tertawa. Tak bermaksud apa-apa, hanya berupaya menghibur wajah-wajah ngantuk yang sudah kehabisan energi.
Sangat menyenangkan. Bertemu orang-orang baru, belajar langsung dari tokoh-tokoh pers besar, mendapatkan ilmu pengetahuan baru, sudut pandang baru, dan keyakinan yang harus dipegang terus menerus yakni tentang jurnalisme yang berintegritas, berwawasan kebangsaan, kritis, dan multitasking.
Ini baru awal. Ke depan, ada banyak hal yang harus dilakukan alumni SJI untuk mengubah wajah pers kita yang umumnya dipandang kurang baik, kalau tak mau disebut buruk. Setumpuk pekerjaan rumah menanti. Dan tentu saja, ini bukan tugas sederhana.
Akhirnya, setelah empat hari, SJI angkatan keempat tahun 2024 ditutup. Saya pulang membawa kebahagiaan. Membawa banyak cerita dan pengalaman yang tentu saja tak semuanya bisa saya ceritakan.
Batulicin, 16 Juli 2024