INTERAKSI.CO, Banjarmasin – Tak wajib salat lima waktu dan salat Jum’at bagi laki-laki. Ajaran sesat ini sempat membuat geger warga Desa Jaranih, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, pada Juni 2025 lalu.
Pengajarnya dikenal dengan nama Datu Ganjil dan diduga menyebarkan paham “batamat sambahyang”. Paham ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam dan memicu keresahan di masyarakat.
Untuk mencegah hal serupa terjadi lagi, Kementerian Agama Kalimantan Selatan langsung mengambil langkah antisipasi.
Baca juga: Kemenag Kalsel Gelar Temu Konsultasi, Bahas Pencegahan Konflik Keagamaan
Baca juga: Demo Buruh 28 Agustus: Rute, Titik Kumpul, dan Enam Tuntutan Utama
Salah satunya adalah Bahtsul Masa’il, forum diskusi yang mencari solusi atas persoalan keagamaan maupun sosial kemasyarakatan.
Hasil diskusi itu nantinya akan ditelaah dengan merujuk pada Al-Qur’an, Hadits, dan pendapat ulama, sehingga memberi kepastian hukum bagi masyarakat.
“Kalau untuk paham keagamaan, nanti akan ada Bahtsul Masa’il, khusus Agama Islam,” kata Kepala Kanwil Kemenag Kalsel, Muhammad Tambrin, seusai membuka acara Temu Konsultasi Paham Keagamaan di Mahligai Pancasila, Rabu (27/8/2025).
Menurut Tambrin, kondisi kerukunan di Kalsel masih aman dan kondusif. Kemenag belum menerima laporan konflik antarumat beragama.
Meski begitu, isu seperti prosedur izin pembangunan rumah ibadah tetap masuk agenda pembahasan agar tidak memicu gesekan.
“Jangan sampai kegiatan dan aktivitas di provinsi lain bersinggungan antarumat beragama. Di Kalsel tetap kita jaga agar kondusif, damai dan aman,” jelasnya.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan mendukung penuh langkah ini. Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik, Adi Santoso, menegaskan pertemuan tersebut penting untuk menjaga kerukunan antarumat beragama.
“Mudah-mudahan untuk menjaga kondusifitas yang saat ini sudah bagus, kegiatan ini sangat baik dan Pemprov Kalsel mendukung penuh,” tandasnya.
