Semua penikmat sepak bola tercengang melihat permainan sepak bola Jepang. Tim kebanggaan Indonesia yang dipenuhi pemain naturalisasi dan diarahkan bermain cepat gaya totaalvoetbal khas Belanda, nyatanya kalah cepat 2 hingga 3 kali dari pemain Jepang. Akhirnya, tim kita mendapat hadiah Istimewa 6 gol tanpa mampu sekali pun mengirimkan tendangan balasan ke gawang lawan.
Sebenarnya, sejak kapan sepak bola Jepang berkembang begitu pesat? Sejumlah sumber menyebutkan pembenahannya sejak 15 hingga 20 tahun lalu, dengan mengirim para pemain bola mempelajari seluruh tekhnik dan cara bermain bola orang Eropa, kemudian mengadopsinya dan menemukan cara bermain khas mereka sendiri. Mereka juga menggiatkan kompetisi di tingkat lokal dalam berbagai jenjang, yang pada akhirnya menjadi ajang dalam melahirkan para pemain bola mumpuni di berbagai level kompetisi.
Saya bahkan menduga, sejak mereka berani bermimpi, berkhayal dan berimajinasi tentang pahlawan sepak bola, yang diwujudkan dalam gerakan kebudayaan melalui film anime “Kapten Tsubasa Ozora”, kisah seorang anak muda yang berbakat dalam sepak bola. Diciptakan oleh Yoichi Takahashi pada tahun 1981. Tayang perdana 13 Oktober 1983 hingga 27 Maret 1986, diproduksi oleh TV Tokyo.
Film anime tersebut pasti memberi dampak sangat besar bagi generasi sepak bola. Karena bagi anak-anak yang suka nonton film anime, kapten Tsubasa adalah pahlawan, idola yang membanggakan.
Sudah lazim dipahami, sebuah film tidak sekadar menghibur, namun juga memberi dampak luas pada pemikiran, bahkan perilaku masyarakat. Menjadi sumber inspirasi, memicu perbincangan dan pergerakan sosial, dan tidak jarang memengaruhi tren nasional hingga global.
Kalau mau dicermati lebih dalam, film anime Kapten Tsubasa memberikan pembelajaran tentang: semangat dan determinasi dalam mencapai tujuan; mengajarkan pentingnya kerja keras dan dedikasi dalam mewujudkan mimpi; membangun teammwork dan kerja sama dalam mencapai tujuan bersama; memotivasi untuk never give up agar tidak pernah menyerah oleh tekanan seberat apapun, bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Dan tentu saja film ini menekankan pentingnya membangun karakter yang kuat, seperti kejujuran, kesabaran, solidaritas dan tanggung jawab.
Dengan demikian, “Kapten Tsubasa” tidak hanya tentang sepak bola, tetapi juga tentang karakter, nilai-nilai kehidupan yang positif dan inspiratif. Jangan heran, setelah berpuluh tahun film kepahlawanan Kapten Tsubasa ditonton dan masuk dalam alam bawah sadar generasi bola Jepang, akhirnya lahir para pemain dan permainan yang begitu dahsyat.
Adakah kita punya mimpi tentang pemain dan permainan bola Indonesia masa depan? Adakah hal tersebut direkayasa melalui kebudayaan seperti film anime atau bentuk lainnya? Atau cukup dengan terus menggiatkan naturalisasi dari berbagai negara?
Penulis: Noorhalis Majid
Baca juga: “Kearifan” Standarisasi Kadaluarsa Produk UMKM