INTERAKSI.CO, Batulicin – Di Palaka Coffee Pagatan, sorotan lampu dan sorak audiens tidak lagi hanya untuk musisi di atas panggung.

Sabtu malam (14/6/2025), giliran produser muda Tanah Bumbu, Prima Yudha Prawira atau yang akrab disapa Gobe, menjadi pusat perhatian.

Duduk di tengah forum sembari sesekali meminum kopi hitamnya, Gobe diapit oleh kolaboratornya: Puja Mandela, Deddy, Nahdi, dan Bahrul sang MC.

Baca juga: Gusti Irwan Wibowo alias Gustiwiw Meninggal Dunia di Usia 26 Tahun

Di hadapan mereka, pengurus Dewan Kesenian Daerah Tanah Bumbu, DPC Laung Kuning Banjar, Komunitas Vespa Iwak Karing, hingga musisi sepuh Pagatan, hadir memberi penghormatan yang jarang terlihat untuk seorang produser.

“Ini mungkin pertama kalinya di Tanah Bumbu, seorang produser dijadikan tokoh utama dalam peluncuran karya musik,” ujar Puja Mandela.

Ia menyampaikan biasanya panggung musik hanya menyoroti vokalis dan band, sementara sosok di balik proses kreatif dan teknis yakni produser nyaris tak pernah menjadi highlight.

Namun malam itu berbeda. Launching dua single “Tanah Bumbu Kita” dan “Lagu untuk Nada” bukan sekadar perayaan musik. Ia menjadi panggung pengakuan terhadap kerja senyap Gobe yang selama ini melahirkan suara-suara inovatif di Tanah Bumbu.

“Kami justru ingin menonjolkan produsernya. Karena mungkin kami sebagai musisi tidak terlalu berkepentingan untuk populer,” jelas penulis buku Tak Semua Hal Harus Masuk Akal itu.

 

Pagatan dipilih bukan tanpa alasan. Kota pesisir ini menyimpan sejarah panjang, termasuk dalam geliat awal peradaban musik di Tanah Bumbu. Skena musik Pagatan bahkan sudah ada sejak 1973, saat itu Komunitas Virgo dan Merkrurilla band menjadi wadah kreatif anak muda.

“Kami memilih Pagatan, karena dari sinilah peradaban Tanah Bumbu dimulai, termasuk musiknya,” katanya yang disambut tepuk tangan audiens.

Gobe, sang produser muda, kemudian membagikan perjalanan kreatifnya—dari dikenalkan musik oleh sang kakak, menangani debut Logika milik Uniqly, hingga memproduseri band-band seperti Primitive Monkey Noose, Senja Djingga, dan No Counter. Kini, dua single yang diluncurkan menjadi jejak terbaru dalam kiprahnya.

Saat proses produksi lagu ini, Gobe mengalami tantangannya sendiri. Lagu “Tanah Bumbu Kita” yang liriknya ditulis oleh Away Edogawa, baru selesai tiga hari sebelum dirilis. Salah satu penyebabnya, karena Gobe merasa sound gitarnya belum memenuhi kriteria yang ia inginkan.

“Jadi saya harus pesan efek gitar dulu di Banjarmasin. Lagu ini baru selesai tiga hari yang lalu,” katanya.

Sementara saat menggarap “Lagu untuk Nada”, Gobe punya tantangan untuk merealisasikan sound-sound klasik yang diminta oleh penulis lagunya, Puja Mandela.

“Bahkan waktu rekaman Bang Puja bawa buku dan majalah musik setumpuk, banyak sekali,” katanya.

Dari Sangpeng Borneo, Deddy dan Nahdi menyambut launching “Tanah Bumbu Kita” dengan perasaan gado-gado. Nahdi, berulang kali berkata di belakang panggung bahwa jika harus memilih, lebih baik ia main musik saja, daripada harus bicara di depan publik.

Sementara Deddy, sang vokalis, terlihat lebih rileks dalam menjawab beberapa pertanyaan dari moderator.

“Untuk para generasi muda teruslah berkarya, jika hari ini belum mendapat apresiasi, setidaknya menjadi koleksi untuk dinikmati di hari tua nanti,” ucapnya.

Audiens Antusias Menyambut Kreativitas

Antusiasme audiens terasa tulus. Ketua DKD Tanah Bumbu, Tahang, ikut memberikan apresiasinya. Ia siap mendorong kreativitas para seniman untuk terus berkarya.

Ia bahkan langsung mengutarakan niatnya untuk merekam dua lagu di studio milik Gobe di Simpang Empat.

“Kami akan mendukung sepenuhnya. Nanti kalau ada musisi atau penyanyi yang mau merekam lagu tentang Tanah Bumbu, kami akan memfasilitasi. Rekamannya di studio Gobe,” katanya yang didampingi sejumlah anggota DKD Tanah Bumbu.

Kai Syamsul Bachri, musisi sepuh yang sudah nge-band di Pagatan sejak 1973 bersama Merkrurilla, ikut memberikan applaus. Dari dua lagu yang ia dengar malam itu, Kai Syamsul memberikan apresiasi yang sama.

“Kalau kami dulu biasanya hanya punya tiga jurus (tiga chord), kalau dua lagu yang saya dengar tadi, progresi chord-nya mahal. Ini suatu kemajuan yang membuat saya senang sekali,” katanya.

Author