INTERAKSI.CO, Banjarmasin – Pada 6 Februari 2025 lalu, tepat satu abad sejak sastrawan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, lahir.

Sepanjang hidupnya, Pramoedya menulis lebih dari 50 novel, di antara yang populer adalah Anak Semua Bangsa, Bumi Manusia, hingga Rumah Kaca.

Dalam momentum 100 tahun kelahirannya, Kampung Buku Banjarmasin memulai rangkaian acara dengan obrolan kontekstual bertajuk “Pramoedya Ananta Toer: Dulu dan Kini” dengan menghadirkan maestro seni lukis Kalimantan Selatan dan sahabat Pramoedya, Misbach Tamrin, serta Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ULM, Dewi Alfianti.

Kampung Buku Banjarmasin
Suasana Obrolan Kontekstual Pramoedya Ananta Toer: Dulu dan Kini di Kampung Buku Banjarmasin. Foto: Interaksi/Mohammad Rizky Rezaldi

Obrolan mencakup pengalaman dan interpretasi Dewi Alfianti terhadap novel-novel Pramoedya, serta pengalaman hidup Misbach Tamrin bersama sang sastrawan.

Peserta yang datang dari berbagai kalangan usia turut bertanya dan menanggapi diskusi setelah kedua pembicara berbagi pengalaman, mulai dari tips memilih bacaan novel untuk pemula hingga tanggapan peserta yang merasakan bagaimana keresahan dan kisah pribadi Pramoedya dituangkan dalam karyanya.

Baca juga: Kunjungi Museum Lambung Mangkurat, Fadli Zon Soroti Pentingnya Tata Pamer

Pengelola Kampung Buku Banjarmasin, Hajriansyah, menilai momentum satu abad Pramoedya ini sangat penting. Beberapa komunitas literasi di Indonesia turut merayakannya dengan berbagai agenda.

Kampung Buku Banjarmasin, kata dia, sebagai wadah penggiat literasi ingin mengenalkan Pramoedya kepada generasi muda.

Terlebih, sosok Pramoedya yang ikonik dikenal dengan pemikiran dan gagasan sebagai tokoh sastrawan yang berpengaruh di Indonesia.

Kampung Buku Banjarmasin
Pengelola Kampung Buku Banjarmasin, Hajriansyah saat diwawancarai. Foto: Interaksi/Mohammad Rizky Rezaldi

“Kita berharap anak-anak muda zaman sekarang, walaupun jarang membaca buku, semoga ada dorongan kembali untuk membaca buku,” ujar Hajriansyah kepada interaksidotco pada Kamis (20/2/2025).

“Membaca mungkin bisa lewat buku digital, tapi beda juga dengan buku fisik. Kita ingin mendekatkan buku agar anak muda mempunyai kesadaran literasi,” sambungnya.

Tak hanya diskusi, kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini juga diselingi berbagai acara lain, mulai dari bazar buku khusus novel Pramoedya Ananta Toer yang diselenggarakan Gramedia, pemutaran film, pentas baca karya Pramoedya, hingga pameran lukisan.

Kegiatan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, di antaranya Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banjarmasin, Dewan Kesenian Daerah Kota Banjarmasin, Forum Sineas Banua, dan Gramedia.

Editor: Puja Mandela

Author