INTERAKSI.CO, Jakarta – “Baru saja lihat video terbaru keadaan di Gaza, dan kamu tahu apa? ADA HUJAN JENAZAH! ADA! HUJAN! JENAZAH! SEKALI LAGI! ADA! HUJAN! JENAZAH!!!” tulis seorang pengguna X pada Jumat, 4 April 2025. Komentar tersebut merujuk pada video yang dipublikasikan TRT World.

Melalui akun media sosialnya pada hari yang sama, TRT World menulis, “Para saksi mata menyaksikan dengan ngeri saat serangan udara Israel melemparkan tubuh warga Palestina ke udara di Gaza yang terkepung.”

Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata kelompok perlawanan Palestina Hamas, memperingatkan bahwa nyawa para tawanan Israel terancam karena militer Israel memerintahkan semua warga Palestina untuk mengungsi dari wilayah tersebut.

Juru bicara Abu Obaida menyatakan, “Separuh dari tawanan Israel yang masih hidup berada di daerah yang diminta tentara pendudukan untuk dievakuasi dalam beberapa hari terakhir.”

Ia menambahkan kelompoknya memutuskan untuk tidak memindahkan para tawanan dari wilayah tersebut dan menjaga mereka di bawah pengawasan ketat, yang justru membahayakan nyawa mereka. Ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

“Jika musuh benar-benar peduli dengan keselamatan para tawanan ini, mereka seharusnya segera menegosiasikan evakuasi atau pembebasan mereka,” ujarnya. Abu Obaida juga menegaskan bahwa pemerintah ekstremis Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertanggung jawab atas keselamatan para tawanan tersebut.

Ia menyatakan jika Israel berkomitmen terhadap gencatan senjata pada Januari 2025, “Sebagian besar dari mereka mungkin sudah kembali ke rumah masing-masing hari ini.”

Serangan ke Sekolah-Sekolah

Menurut Al Jazeera, serangan udara Israel terhadap tiga sekolah yang menampung pengungsi di Tuffah, Kota Gaza, menewaskan sedikitnya 33 warga Palestina dan melukai lebih dari 100 orang lainnya, menurut pejabat setempat.

Kantor Media Pemerintah Gaza menyebutkan bahwa 29 orang, termasuk 18 anak-anak, tewas ketika Israel menyerang Sekolah Dar al-Arqam yang difungsikan sebagai tempat perlindungan pada Kamis, 3 April 2025.

Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza mengatakan bahwa sedikitnya empat rudal menghantam sekolah tersebut. Serangan terhadap Sekolah Fahd di wilayah yang sama juga menewaskan sedikitnya empat orang.

Pasukan Israel juga dilaporkan menyerang Sekolah Shaaban Alrayyes di Tuffah, meskipun jumlah korban belum diketahui. Militer Israel mengklaim bahwa mereka menargetkan pusat komando Hamas di Kota Gaza.

Menargetkan Tempat Perlindungan

Pasukan Israel kembali menyerang sekolah-sekolah yang berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi warga Palestina yang mengungsi dan tidak memiliki tempat untuk melarikan diri. Serangan ini menghantam berbagai titik di Jalur Gaza yang terkepung.

Hani Mahmoud, jurnalis Al Jazeera, melaporkan dari Kota Gaza bahwa rekaman dari lokasi pengeboman di Sekolah Dar al-Arqam sangat mengerikan dan tragis.

“Banyak korban meninggal di tempat. Sebagian lainnya meninggal dalam perjalanan ke Rumah Sakit al-Ahli,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa “zona aman” yang dijanjikan Israel sama sekali tidak aman.

Seorang juru bicara penyelamat darurat di Gaza juga meminta komunitas internasional segera turun tangan untuk menghentikan pembunuhan terhadap warga sipil. “Apa yang terjadi di sini adalah panggilan bagi seluruh dunia,” ujarnya.

Anak-Anak Dibunuh dengan Dingin

Badan pertahanan sipil yang dikelola Hamas melaporkan bahwa 10 orang tewas dalam serangan udara Israel yang menghantam Sekolah Al-Jawni, yang juga menjadi tempat penampungan pengungsi.

Sumber medis mengatakan kepada Al Jazeera bahwa sedikitnya 112 orang tewas sejak Kamis dini hari dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza. Di antara mereka, 71 orang tewas di Kota Gaza, sementara sisanya tewas di Khan Younis, kota di bagian selatan.

Di Kota Gaza, Rumah Sakit Arab al-Ahli menerima 21 jenazah, termasuk tujuh anak. Di Khan Younis, Rumah Sakit Nasser menerima 14 jenazah, sembilan di antaranya berasal dari satu keluarga. Korban tewas termasuk lima anak-anak dan empat perempuan.

Rumah Sakit Eropa Gaza menerima 19 jenazah lainnya, termasuk lima anak-anak berusia satu hingga tujuh tahun serta seorang perempuan hamil.

Kantor Media Pemerintah memperingatkan bahwa sulit bagi otoritas lokal mengevakuasi korban dari bawah reruntuhan karena kurangnya alat dan kendaraan. Sektor kesehatan di Gaza pun berada di ambang kehancuran.

Author