INTERAKSI.CO, Washington – Ketegangan di kawasan Timur Tengah kian memuncak setelah Amerika Serikat (AS) secara diam-diam mengerahkan kekuatan militernya ke wilayah sekitar Iran, di tengah memanasnya konflik antara Israel dan Iran.
Langkah ini memunculkan kekhawatiran internasional terhadap kemungkinan meletusnya perang regional berskala besar.
Presiden AS Donald Trump, saat berbicara di luar Gedung Putih pada Kamis (18/6), memberikan pernyataan yang mengundang spekulasi.
“Saya mungkin melakukannya. Saya mungkin tidak melakukannya. Maksud saya, tidak seorang pun tahu apa yang akan saya lakukan,” ujar Trump, seperti dikutip Reuters, merujuk pada kemungkinan keterlibatan Washington dalam konflik tersebut.
Meski sempat menyebut bahwa pejabat Iran berencana membuka ruang negosiasi, Trump menegaskan bahwa waktu untuk berdialog mungkin sudah terlambat.
Baca juga: Iran Luncurkan Rudal Hipersonik Fattah-1 ke Israel, Balas Serangan ke Tehran
Dilaporkan bahwa AS telah mengirimkan pesawat tempur canggih seperti F-16 Fighting Falcon, F-22 Raptor, dan F-35 Lightning II ke kawasan tersebut.
Tak hanya itu, kapal induk USS Nimitz dan sejumlah pesawat tanker juga telah digeser ke wilayah Teluk Persia dan Eropa dalam manuver militer skala besar.
Dua pejabat pertahanan AS menyatakan bahwa pengerahan ini bersifat defensif. Namun, kehadiran armada tempur dalam jumlah besar di wilayah konflik menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan intervensi militer terbuka.
Rusia dan China Bersikap Tegas
Tanggapan keras datang dari Rusia dan China. Maria Zakharova, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, memperingatkan bahwa langkah militer dari AS bisa memicu konsekuensi global yang tak terduga.
“Tindakan militer AS apa pun akan menjadi langkah yang sangat berbahaya dengan konsekuensi negatif yang benar-benar tidak terduga,” tegasnya.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping menggelar pembicaraan langsung, menyuarakan kecaman terhadap serangan Israel ke Iran dan mendesak penyelesaian konflik secara diplomatik.
Xi menegaskan bahwa gencatan senjata harus menjadi prioritas, serta menyebut kekuatan militer sebagai “bukan solusi damai yang berkelanjutan.”
Eskalasi terjadi setelah Israel meluncurkan serangan udara ke situs-situs strategis Iran pekan lalu dengan dalih mencegah pengembangan program nuklir Teheran. Iran membalas dengan meluncurkan rudal dan drone ke sejumlah kota besar Israel seperti Tel Aviv dan Haifa.
Situasi kini berada dalam titik kritis. Meskipun banyak pihak menyerukan deeskalasi dan gencatan senjata, belum ada sinyal dari kedua pihak yang menunjukkan kesediaan mundur dari konflik terbuka.
Dengan manuver militer AS dan peringatan keras dari Rusia dan China, dunia kini menatap Timur Tengah dengan cemas, mengantisipasi potensi meletusnya perang berskala luas yang dapat berdampak global.