INTERAKSI.CO, Banjarmasin – Emas masih menjadi aset dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia, mencapai Rp296 kuadriliun (US$19 triliun, asumsi kurs Rp15.600 per dolar AS), terutama setelah mencetak all-time high (ATH) di angka Rp45,8 juta (US$2.940) per ons.
Namun, jika dibandingkan dengan Bitcoin (BTC), yang sering disebut sebagai ‘emas digital,’ nilai emas justru mengalami penurunan secara relatif.
Baca juga: Harga Bitcoin Tembus Rp1,75 Miliar, Lalu Anjlok! Apa yang Terjadi?
Bitcoin Tumbuh Pesat, Emas Tertinggal
Menurut data Inflation Chart, emas mendominasi nilai pasar pada 2010, saat Bitcoin baru dihargai Rp156 (US$0,010) dan emas berada di Rp18,7 juta (US$1.200)—12.500 kali lipat lebih tinggi. Namun, hanya dalam beberapa tahun, Bitcoin mulai mengejar ketertinggalan.
Pada 2013, 93 BTC sudah setara dengan Rp23,4 juta (US$1.500) emas, menandakan awal dari perubahan besar dalam dinamika pasar aset.
Di 2018, perbandingan itu makin mencolok. Harga Bitcoin melonjak ke Rp220 juta (US$14.100), sementara emas justru turun ke Rp20,2 juta (US$1.300) per ons.
Bitcoin Mengungguli Aset Lain
Tak hanya emas, pertumbuhan Bitcoin yang eksponensial juga mulai menyaingi aset investasi tradisional lainnya, seperti Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite.
Saat artikel ini ditulis, harga Bitcoin sudah menembus Rp1,52 miliar (US$97.500), mempertegas statusnya sebagai salah satu aset dengan pertumbuhan tercepat dalam sejarah keuangan modern.

Apakah ini pertanda bahwa ‘emas digital’ akan benar-benar melampaui emas konvensional? Waktu yang akan menjawab.