INTERAKSI.CO, Banjarmasin – Ketika DeepSeek, startup AI asal Tiongkok, melesat menjadi aplikasi gratis terpopuler di Apple App Store, dunia teknologi dibuat terkejut.
Bukan hanya karena pencapaian ini mencerminkan kemajuan pesat AI Tiongkok, tetapi juga karena dampaknya yang langsung terasa di pasar global.
Saham raksasa teknologi seperti Nvidia anjlok, sementara pemerintah dan media Tiongkok merayakan keberhasilan ini sebagai bukti kemandirian teknologi mereka. DeepSeek diklaim mampu bersaing dengan model AI dari OpenAI dan Google, tetapi dengan biaya pengembangan jauh lebih rendah.
Mengapa DeepSeek Begitu Efisien?
DeepSeek berhasil membangun modelnya dengan hanya $6 juta, jauh lebih hemat dibandingkan GPT-4 yang memakan lebih dari $100 juta. Kuncinya? Kombinasi chip Nvidia A100—yang dilarang diekspor ke Tiongkok sejak 2022—dan chip alternatif yang lebih murah.
Namun, ada tuduhan bahwa kesuksesan DeepSeek tidak lepas dari praktik distilasi—metode di mana model AI yang lebih kecil dilatih dengan merujuk pada output model yang lebih canggih. OpenAI menilai praktik ini sebagai ancaman dan telah memblokir akun-akun yang dicurigai melakukan distilasi secara ilegal.
Baca juga: OpenAI Luncurkan Operator, Automasi Tugas dan Interaksi Layaknya Manusia
OpenAI vs DeepSeek: Siapa yang Lebih “Bersih”?
Ironisnya, OpenAI sendiri tidak lepas dari kontroversi. Perusahaan ini menghadapi gugatan dari penulis, jurnalis, hingga komedian yang menuduh mereka menggunakan karya berhak cipta tanpa izin untuk melatih model AI.
Jika OpenAI mengecam DeepSeek karena meniru model mereka, bagaimana dengan dugaan bahwa OpenAI juga mengambil data tanpa izin? Apakah ini soal standar ganda, atau memang hanya permainan biasa dalam dunia AI?
Masa Depan AI: Tiongkok atau Amerika?
DeepSeek telah membuktikan bahwa anggaran besar dan chip canggih bukan satu-satunya kunci sukses AI. Namun, apakah keberhasilannya mencerminkan inovasi sejati atau hanya strategi meniru?
Di sisi lain, OpenAI dan raksasa teknologi AS tidak bisa lagi merasa tak tergoyahkan. Dengan Tiongkok semakin agresif mengembangkan AI mereka, dunia kini menghadapi persaingan teknologi yang lebih ketat—bukan hanya di laboratorium, tetapi juga dalam politik dan ekonomi global.