INTERAKSI.CO, Banjarmasin – Suasana khidmat menyelimuti Kompleks Makam Masjid Jami, Jalan Malkon Temon, Banjarmasin, pada Sabtu (11/10/2025).

Gubernur Kalimantan Selatan Muhidin memimpin langsung peringatan wafat ke-163 Pahlawan Nasional Pangeran Antasari (1809–1862), tokoh besar yang dikenal dengan semboyan legendaris “Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing.”

Dalam sambutannya, Muhidin mengajak masyarakat Banua menjadikan momen ini sebagai pengingat perjuangan dan pengorbanan Pangeran Antasari dalam melawan penjajahan Belanda.

Ia menekankan bahwa nilai-nilai luhur sang pahlawan masih sangat relevan diterapkan di masa kini.

“Semangat Waja Sampai Kaputing dan Jangan Bacakut Papadaan adalah warisan moral yang harus kita pegang. Memperingati hari wafat beliau bukan sekadar ziarah, tapi menjadi refleksi agar kita berbuat seperti Pangeran Antasari — melalui profesi apapun yang kita jalani hari ini,” ujar Muhidin.

Baca juga: Gubernur Kalsel Tutup MTQ Mahasiswa Nasional ke-18, ULM Raih Juara Tiga

Mengenakan pakaian adat Banjar berwarna krem dengan laung hijau, Muhidin memimpin apel penghormatan yang dilanjutkan dengan peletakan karangan bunga di depan makam. Upacara juga diisi pembacaan riwayat perjuangan Pangeran Antasari oleh Ketua LVRI Kalsel, Letkol (Purn) Sandimin.

Pada kesempatan itu, Gubernur turut membacakan pesan-pesan perjuangan Pangeran Antasari yang sarat makna, seperti “Jangan Takut Mati di Medan Perang,” dan “Lebih Baik Mati dalam Perjuangan Karena Allah.”

Ia juga mengutip pesan keras sang pahlawan terhadap penjajahan: “Siapa nang babaik-baik wan Walanda, tujuh katurunan kahada aku sapa.”

Acara ditutup dengan tabur bunga yang dipimpin Gubernur, diikuti seluruh peserta apel. Hadir pula Ketua DPRD Kalsel Supian HK, Danrem 101/Antasari Brigjen TNI Ilham Yunus, Danlanal Banjarmasin Kolonel Laut (P) Ahmad Ahsan, Danlanud Syamsudin Noor Kolonel Pnb Suparjo, serta unsur Forkopimda dan jajaran Pemprov Kalsel.

Sebagai bentuk penghargaan, pemerintah juga menyerahkan santunan kepada ahli waris Pangeran Antasari. Di kompleks makam yang sama, dimakamkan pula tokoh-tokoh penting seperti Pahlawan Ampera Hasanuddin, Ratu Antasari, Ratu Zulaiha binti Sultan Muhammad Seman, dan Panglima Batur.

Pangeran Antasari wafat pada 11 Oktober 1862 di Bayan Begok, Kalimantan Tengah. Atas jasa dan perjuangannya, beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1968. Namanya kini abadi dalam berbagai simbol kehormatan di Kalimantan Selatan, mulai dari Korem 101/Antasari, UIN Antasari Banjarmasin, hingga gambar uang kertas Rp2.000.

Author