INTERAKSI.CO, Banjarmasin – Tether, penerbit stablecoin USDT terbesar di dunia, tengah mengupayakan kejelasan regulasi bagi aset digital yang didukung dolar.
Perusahaan ini bekerja sama dengan regulator dan anggota parlemen AS untuk menentukan arah kebijakan stablecoin di negara tersebut.
Jurnalis Eleanor Terrett mengungkapkan melalui unggahan di platform X bahwa Tether sedang berupaya memengaruhi regulasi yang akan diterapkan terhadap USDT. Namun, belum diketahui secara pasti siapa saja pihak yang terlibat dalam diskusi ini.
Baca juga: OJK Siapkan Aturan ICO, Peluang Baru bagi Industri Kripto Indonesia
Kontroversi Soal Transparansi
Upaya Tether ini memicu kritik karena dugaan kurangnya transparansi dalam pengelolaan asetnya. Perusahaan disebut tidak pernah menerima audit penuh dan hanya melakukan penilaian keuangan triwulanan yang dilakukan oleh firma akuntansi global BDO.
“Kritikus menilai Tether belum pernah menjalani audit menyeluruh, melainkan hanya memberikan laporan keuangan berkala,” ungkap Terrett.
Komitmen Tether Hadapi Regulasi
Di tengah kritik, CEO Tether Paolo Ardoino menegaskan bahwa perusahaannya berkomitmen untuk menyesuaikan diri dengan regulasi di AS. Menurutnya, perusahaan yang gagal beradaptasi dengan kebijakan pemerintah akan sulit bertahan.
Tether terus menjadi pemain dominan di industri stablecoin, tetapi perdebatan mengenai transparansi dan regulasi masih menjadi tantangan besar bagi perusahaan ini di pasar global.