INTERAKSI.CO, Banjarmasin – Harga Bitcoin mengalami penurunan drastis, mendekati Rp1,25 miliar setelah euforia politik yang sempat mendorong kenaikan mulai meredup.
Berdasarkan data Coinmarketcap per Kamis (27/2/2025), Bitcoin sempat anjlok ke Rp1,28 miliar sebelum naik kembali ke Rp1,31 miliar.
Dengan demikian, nilai Bitcoin telah terpangkas hampir 25% dari rekor tertingginya yang melampaui Rp1,68 miliar, menjadikannya titik terendah sepanjang tahun ini.
Politik Tak Lagi Jadi Pemicu Kenaikan
Dalam beberapa bulan terakhir, pasar kripto sempat bergairah setelah Donald Trump kembali terpilih sebagai Presiden AS dan Partai Republik menguasai Kongres. Banyak investor optimis bahwa pemerintahan baru akan membawa regulasi yang lebih jelas dan mendukung industri blockchain.
Namun, Managing Partner Psalion, Tim Enneking, menilai antusiasme tersebut tidak berlanjut pada kebijakan konkret.
“Pemerintah dan negara bagian memang memberikan pernyataan positif, tetapi belum ada langkah nyata yang benar-benar menguntungkan industri kripto,” ujarnya.
Selain itu, kebijakan tarif dagang kontroversial Trump serta ketidakpastian anggaran federal semakin menekan pasar. Ketegangan politik ini membuat investor lebih berhati-hati dalam menaruh dana pada aset berisiko seperti kripto.
Baca juga: IHSG Berpotensi Menguat, Tapi Pergerakan Diprediksi Terbatas
Dampak Ekonomi dan Hubungan dengan Saham Teknologi
Analis Amberdata, Mike Marshall, menyoroti besarnya arus keluar dana dari ETF Bitcoin, yang mencapai hampir Rp15,6 triliun dalam satu hari. Hal ini menunjukkan banyak investor mulai menarik dananya dari pasar kripto.
Marshall juga menambahkan bahwa Bitcoin memiliki korelasi erat dengan saham teknologi. Saat indeks Nasdaq melemah dan raksasa teknologi seperti Tesla serta Nvidia menghadapi tekanan, Bitcoin ikut terseret.
“Kondisi ekonomi AS juga tak terlalu menggembirakan. Penjualan rumah baru merosot lebih dari perkiraan, sementara imbal hasil Treasury 10 tahun yang tinggi mengindikasikan kekhawatiran terhadap masa depan ekonomi,” jelasnya.
Isu Keamanan Semakin Mengikis Kepercayaan
Manajer aset di Gerber Kawasaki Wealth & Investment Management, Brett Sifling, menyoroti peretasan besar yang terjadi di platform Bybit baru-baru ini.
Insiden tersebut menjadi salah satu pencurian terbesar dalam sejarah aset digital dan memperburuk sentimen pasar.
“Bitcoin memang tidak diretas secara langsung, tetapi kasus seperti ini membuat investor semakin waspada. Tanpa regulasi yang kuat, industri kripto masih sangat rentan terhadap penipuan dan pencurian,” kata Sifling.
Penurunan tajam Bitcoin kali ini bukan hanya disebabkan oleh satu faktor, melainkan kombinasi dari berkurangnya dukungan politik, tekanan dari pasar saham, ketidakpastian ekonomi, serta isu keamanan.
Dengan volatilitas yang masih tinggi, investor kripto kini harus lebih cermat dalam mengambil keputusan agar tidak terjebak dalam gelombang penurunan berikutnya.