INTERAKSI.CO, Banjarmasin – Maestro seniman lukis Kalimantan Selatan, Misbach Tamrin, mengenang pertemuannya dengan Pramoedya Ananta Toer dalam obrolan kontekstual yang diselenggarakan Kampung Buku Banjarmasin pada Kamis (20/2/2025).
Sebagai sahabat, Misbach sudah mengenal Pramoedya sejak berada dalam organisasi Lembaga Kebudayaan Rakyat atau Lekra.
Misbach mengenang perjalanannya bersama Pramoedya dalam Konvensi Daerah Lekra di Palembang pada 1963.
“Saya bersama dengan Pramoedya, satu kapal penyeberangan dari Anyer menuju Panjang di Sumatera Selatan. Dalam perjalanan itu, kami sempat mengobrol panjang, membicarakan karya Maxim Gorky,” ujar Misbach Tamrin.

Dalam perjalanan itu, Misbach Tamrin terkesima dengan cara Pramoedya menerjemahkan novel Ibunda karya Maxim Gorky.
“Bagi saya waktu muda, itu terasa sekali kehebatan daripada yang bukan hanya Maxim Gorky sebagai pengarang, tetapi kehebatan Pramoedya dalam menerjemahkannya. Sehingga sangat menyentuh,” tuturnya.
Baca juga: Satu Abad Pramoedya: Kampung Buku Banjarmasin Ajak Anak Muda Kembali Membaca
Setelah perjalanan itu, terutama sebelum tahun 1965, Misbach Tamrin menceritakan bahwa ia lebih sering bertemu dengan Pramoedya. Bahkan setiap tahun, mereka selalu berdiskusi dan memberi tanggapan terhadap situasi politik Indonesia saat itu.
Obrolan Misbach Tamrin juga menjangkau polemik antara Goenawan Mohamad dan Pramoedya terkait permintaan maaf Gus Dur kepada korban peristiwa 1965. Saat itu Pramoedya termasuk di dalamnya.
Dalam momentum 100 tahun kelahiran Pramoedya, Kampung Buku Banjarmasin memulai rangkaian acara dengan obrolan kontekstual bertajuk “Pramoedya Ananta Toer: Dulu dan Kini”.
Pengelola Kampung Buku Banjarmasin, Hajriansyah, menilai momentum satu abad Pramoedya ini sangat penting. Beberapa komunitas literasi di Indonesia turut merayakannya dengan berbagai agenda.
Kampung Buku Banjarmasin, kata dia, sebagai wadah penggiat literasi ingin mengenalkan Pramoedya kepada generasi muda. Terlebih, sosok Pramoedya yang ikonik dikenal dengan pemikiran dan gagasan sebagai tokoh sastrawan yang berpengaruh di Indonesia.
Editor: Puja Mandela