INTERAKSI.CO, Kotabaru – Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat masih sangat rendah. Ini merupakan problem klasik di Indonesia yang entah mengapa masih ‘konsisten’ bertahan sampai detik ini.

Di kawasan Desa Hilir Muara Kotabaru, tepatnya di Jalan Batu Silira, tumpukan sampah plastik cukup mengganggu pemandangan. Melihat kondisi itu, warga sekolah di SMPN 7 Kotabaru ramai-ramai mengumpulkan sampah-sampah tersebut dan mengolahnya menjadi barang yang lebih bernilai.

“Setiap botol plastik yang mereka kumpulkan akan menjadi bagian dari ecobrick, sebuah inovasi yang mengubah limbah menjadi sumber daya,” kata guru SMPN 7 Kotabaru, Noorhana Aminudin, kepada interaksi.co, Senin 3 Juni 2024.

Ini merupakan bagian dari proyek P5 dalam Kurikulum Merdeka. P5 adalah Proyek Penguatan Profil Pemuda Pancasila. P5 dalam Kurikulum Merdeka adalah proyek lintas disiplin ilmu yang kontekstual dan berbasis pada kebutuhan masyarakat maupun berbasis masalah di lingkungan sekolah.

Proyek bersih-bersih lingkungan untuk meminimalkan ‘budaya buang sampah sembarangan’ yang masih dilakukan oleh sebagian masyarakat di Kotabaru ini mendapat dukungan dari pemerintah desa setempat.

Pemerintah desa memiliki program Bank Cinta Lingkungan. Dari program itu, aparat desa secara rutin memberikan materi sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar. Salah satu programnya yakni membuat sampah menjadi barang bernilai.

Sampah Mengancam Ekosistem Laut

Mengutip Mongabay, Tak cuma mengancam kesehatan manusia, ancaman sampah di laut, terutama sampah plastik juga mengancam keberlanjutan ekosistem di laut. Ancaman tersebut bisa berakibat terganggunya kekayaan laut Indonesia.

Selama 56 tahun yang dihitung dari 1964 hingga 2020, produksi plastik di bumi mengalami kenaikan dari 15 juta ton menjadi 380 juta ton.

Pada 2018, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) merilis data mengejutkan bahwa sebanyak 79 persen sampah plastik di tempat pembuangan sampah adalah terakumulasi dari segala penggunaan plastik atau plastik yang berserakan di lingkungan sekitar.

Dari jumlah tersebut, ternyata hanya sekitar sembilan persen saja sampah plastik yang bisa didaur ulang dan sebanyak 12 persen yang bisa dibakar. Fakta tersebut menegaskan bahwa plastik menyebar ancaman yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup, terutama manusa.

Selain berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan makhluk hidup, sampah plastik juga mengakibatkan dampak buruk pada perekonomian secara nasional maupun global. Setiap tahunnya, sampah plastik menyebabkan kerugian ekonomi dunia hingga mencapai USD13 miliar.

Berdasarkan data yang dimiliki National Plastic Action Partnership (NPAP), sampah plastik yang ada di Indonesia jumlahnya sudah mencapai 650 ribu ton, dan menurut Bank Dunia sudah mencapai sekitar 201 ribu hingga 552 ribu dalam setahun.

Sementara menurut data dari LIPI, sampah plastik di Indonesia produksinya sudah mencapai sekitar 270 ribu hingga 590 ribu ton.

Noorhana melihat kawasan di sekitar SMPN 7 Kotabaru bisa menjadi lebih indah jika bersih dari sampah. Apalagi di sana juga punya potensi untuk dijadikan kawasan wisata mangrove.

Karena itu, dia berharap anak-anak didiknya bisa ikut berkontribusi untuk menyampaikan pesan lingkungan ini. Sebuah pesan yang akan terus berharga untuk generasi masa depan yang lebih hijau dan menyegarkan.

Author