Oleh Puja Mandela
Peforma panggungnya apik. Jangkauan genre musiknya luas. Mereka bisa memainkan musik folk, pop, rock, bahkan metal. Namanya Senja Djingga. Sebuah nama yang ditakdirkan puitis sekaligus melankolis.
Ya, kelompok musik yang akan kita bicarakan sebentar lagi adalah band pop rock/alternatif rock terbaik di Tanah Bumbu.
Akhir tahun lalu, Senja Djingga merilis single perdana berjudul ‘Baju Merah’. Lagu ini mendapat apresiasi yang luas dari masyarakat. Pengamat musik sekaligus Dosen Musik FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Sumasno Hadi, ikut mengapresiasi karya perdana Arie Cs. Dia menyebut Baju Merah sebagai lagu yang kaya aransemen dan penuh dinamika.
Pada penampilannya di mini stage Palaka Coffe Pagatan pada Sabtu, 6 Juni 2024, Senja Djingga memainkan sejumlah lagu populer. Di antaranya, Monolog (Pamungkas), Everybody’s Changing (Keane), Niscaya (Bilal Indrajaya) dan sejumlah lagu hits lainnya.
Penampilan mereka mendapat pujian dari Syamsul Bachri, salah satu personel Merkrurila, band tertua dari Tanah Bumbu yang didirikan di Pagatan pada 1973. Kai Syamsul, sapaan akrabnya, menonton Arie Cs dari kejauhan dan sangat menikmati penampilan mereka.
“Wah, Let It Be, ya?” kata Kai Syamsul, usai Senja Djingga memainkan lagu The Beatles yang dirilis 54 tahun yang lalu.
“Band ini bagus mainnya. Enak. Nanti kapan-kapan saya pengen main bareng mereka,” imbuhnya.
Baca juga: Cerita Banjir Besar yang Melanda Tanah Bumbu tahun 1948 dan 2006
Baca juga: Kilas Balik: Kebakaran Hebat Melanda Pagatan tahun 1994 dan 2006
Saat jam menunjukkan pukul 23.00, Senja Djingga menutup penampilannya dengan lagu Arjuna dari Dewa 19. Setelah mereka merapikan peralatan, Anfar Febri Nugraha (keyboard), Vandy Ahmad (gitar), Erwin Sebastian (bassis), dan Aldy Rizaldy (drummer) menyusul saya, Arie Tirta Dinata (vokalis Senja Djingga), Deddy (vokalis The First) di kursi panjang sebelah mini stage Palaka.
Baca juga: [EKSKLUSIF] Primitive Monkey Noose Bicara Musik, Politik Menggelitik, dan Rencana Besar 2024
Baca juga: Ada Apa di Balik Baliho Politik?
Ada begitu banyak perbincangan menarik bersama mereka. Dari soal pencapaian single Baju Merah, selera musik, hubungan antar-personel yang konyol, hingga rencana Senja Djingga ke depan. Kepada interaksi.co, mereka mengungkap semuanya nyaris tanpa filter. Berikut petikan wawancaranya.
Bagaimana pencapaian single Baju Merah, apakah kalian puas dengan hasilnya?
Aldi: Untuk rilisannya sudah puas. Di YouTube sudah puas. Tapi kalau pendengar di Spotify memang belum maksimal, terutama untuk pendengar global.
Bagaimana rasanya memainkan Baju Merah di hadapan ribuan orang saat Event Mappanre Ri Tasi’e?
Aldi: Merinding pas dengar orang-orang pada nyanyi. Waktu itu Senja Djingga merepost 55 story. Kebanyakan lagu Baju Merah. Dan kita lihat di story itu penonton ikut nyanyi Baju Merah.
Apa rencana kalian tahun ini?
Aldi: Rencananya mau bikin mini album. Ini sudah 40 persen.
Musiknya akan seperti apa?
Aldi: Gado-gado (tertawa). Ada unsur folk. Kita mau duet sama vokalis cewek. Tapi masih rahasia.
Katanya mau merilis lagu bahasa banjar. Apakah termasuk di mini album itu?
Arie: Itu mungkin nanti. Tidak untuk di mini album ini.
Ada berapa lagu?
Aldi: Enam lagu. Tapi Baju Merah kita masukkan kesitu.
Rilisnya?
Aldi: Paling realistis sih di November 2024. Atau paling cepat di Oktober. Semoga bisa.
Oke. Sekarang kita membahas tentang hal yang lebih personal. Bagaimana rasanya punya vokalis seperti Arie Tirta Dinata?
Ivan: Bangga sekali (tertawa). Yang pasti suaranya beda dari vokalis-vokalis lain yang saya tahu.
Dari sekian banyak lagu yang pernah dia nyanyikan, lagu apa yang peforma vokalnya terbaik?
Ivan: Rahasia Perempuan, dari Ari Lasso. Karena itu lagunya Arie banget. (Tertawa)
Kalau Erwin, apa pendapatmu soal Arie?
Range vokal Arie itu luas. Suaranya tinggi. Jadi kalau memainkan lagu tak perlu menurunkan nada.
Kalau Anfar?
Ada lagu Ruth Sahanaya, judulnya Kau lah Segalanya. Arie menyanyikan lagu itu dengan cara yang keren.
Aldi?
Bingung kalau mau menggambarkan suaranya seperti apa. Lagu terbaik yang dia nyanyikan, Aku Milkmu (Dewa 19). “Terdengar lirih bisikanmu”. Dari lirik pembuka itu saja langsung merinding.
Apa sisi negatif seorang Arie Tirta Dinata?
Ivan & Erwin kompak: Kalau nyanyi suka off tempo.
Aldi: Jarang ngulik lagu baru. Orangnya juga pelupa.
Karena sedikit terpojok, Arie langsung menyampaikan klarifikasi mengapa dia disebut pelupa. Dia juga bercerita satu momen konyol saat Senja Djingga akan perform di Gedung Mahligai Bersujud, Kapet.
Jadi begini. Saya ini kan jarang baca WhatsApp Grup. Jarang scroll. Suatu ketika mereka saya tanya, main di (hotel) Ebony kah? Nggak ada yang menjawab. Ya, sudah. Saya datang ke Ebony. Orang-orang sudah rame. Dengan pedenya saya masuk. Saya lihat kok orang pakai sasirangan semua ini. Ternyata itu acara pemerintah daerah. Lalu saya telepon mereka. Acaranya di mana? Mereka jawab: di Kapet, bungul ai. (Tertawa terbahak-bahak).
Anfar: Satu lagi, dia suka melandau. (Tertawa lagi)
Selanjutnya, bagaimana cara kalian menjaga hubungan satu sama lain agar band ini tidak bubar?
Aldi: Ya, lebih sabar aja menghadapi Arie kalau dia macam-macam.
Ivan: Dia suka keluar grup (WhatsApp). (Tertawa)
Kita kembali ke musik.
Kalau kalian punya keinginan bikin lagu, ingin membuat lagu seperti apa?
Ivan: Lion and the Lamb – Leeland (2004)
Erwin: Pelukmu untuk Pelikmu – Fiersa Besari (2019)
Anfar: Everybody’s Change – Keane (2003)
Aldi: Gala Bunga Matahari – Sal Priadi (2024)
Arie: Jentaka – For Revenge (2022)
Siapa musisi lokal yang kalian kagumi?
Aldi: Primitive Monkey Noose
Ivan: Dendy Aditya, produser dan musisi dari Banjarbaru
Erwin: Reza Pahlevi
Anfar: Three Days, dari Banjarmasin
Arie: Primitive Monkey Noose & No Counter
Ini lebih serius. Bagaimana pandangan kalian soal peran pemerintah daerah dalam membangun kultur musik di Tanah Bumbu?
Aldi: Kami senang dengan event yang digelar pemerintah di Education Park tahun lalu. Kita diberi alat yang bagus. Dan kami diberi waktu main dari setengah jam sampai satu jam.
Bayarannya?
Aldi: Bayarannya kurang. (Tertawa). Sebenarnya nggak masalah ketika kami ada promo. Bisa jadi kesempatan untuk promosi karya.
Terakhir, sebagai band, apakah Senja Djingga punya mimpi?
Aldi: Kami pengen tur. Insyaallah setelah mini album rilis. Doakan saja.