Diatonis tak hanya memainkan karya-karyanya yang manis, tetapi juga menunjukkan satu hal yang penting bagi band yang baru saja menjejakkan kaki di industri musik: kreativitas dan soliditas sebuah komunitas.
INTERAKSI.CO, Batulicin – Tur “Defleksi Realita” singgah ke kota ketiga pada Selasa, 19 November 2024.
Di Palaka Coffe Pagatan, Diatonis tak hanya memainkan karya-karyanya yang manis, tetapi juga menunjukkan satu hal yang penting bagi band yang baru saja menjejakkan kaki di industri musik: kreativitas dan soliditas sebuah komunitas.
***
Pukul tiga sore, hujan mengguyur sejumlah wilayah di Tanah Bumbu. Di Pagatan, meski air tak turun dari langit, tetapi cuacanya cukup mengkhawatirkan. Lalu, pada pukul tujuh malam, tiba-tiba listrik padam.
Memang tak mudah menggelar tur di kawasan pesisir dengan kondisi cuaca yang sulit ditebak. Tapi untungnya bumi terus berputar. Hujan tak jadi datang dan dan listrik segera menyala. Di tempat ketiga, alam semesta merestui digelarnya tur “Defleksi Realita”.
Di Palaka, pukul sembilan malam, band pembuka, Overdose, menjadi penampil pertama. Penampilan mereka cukup untuk menghangatkan udara yang dingin. Di antara lagu yang mereka mainkan berjudul “Kecewa”, sebuah lagu yang mereka tulis sendiri.
Malam yang Jazzy sekaligus Ngerock
Suasana menjadi lebih jazzy setelah State of Peace, band asal Pelaihari, Tanah Laut, menjadi penampil kedua. Band yang baru akan merilis album perdananya pada Januari tahun depan ini menarik perhatian penonton melalui musikalitasnya yang oke.
“Saya mengidolakan Ardhito Pramono dan Chandra Darusman. Pokoknya yang nge-jazz,” ungkap Gandi, vokalis State of Peace, usai turun dari panggung.
Di antara penonton, salah satu di antaranya adalah Syamsul Bahri. Dia adalah salah satu personel band Merkrurilla yang aktif dalam skena musik Pagatan pada rentang waktu 1973 hingga era 1990-an.
Di depannya, ada Andi S Jaya, cucu Raja Pagatan yang sangat menggemari Queen dan Kla Project. Kepala Desa Mattone itu datang bersama anaknya, Arung. Agak jauh dari meja itu, ada Deddy, vokalis Sangpeng Borneo Ethnica, dan kolektor rilisan fisik, Away Edogawa, yang ikut membeli merchandise official Diatonis.
Tepat pukul 10 malam, Diatonis mengambil alih panggung. Mereka memainkan Renjana sebagai lagu pembuka yang langsung dilanjutkan dengan Time dan Palung Mariana.
Baca juga: Diatonis Gelar Tur ‘Defleksi Realita’ ke Sejumlah Kota
Dalam sesi talkshow, Dian, si vokalis, menjelaskan alasan mengapa nama Diatonis dipilih menjadi nama band-nya. “Karena berhubungan dengan tangga nada. Dan supaya mudah diingat dan diterima masyarakat,” ucapnya.
Mereka juga menyampaikan rencana merilis album dengan tambahan dua lagu baru. Setelahnya, Diatonis memainkan single-single lainnya, di antaranya, Gundah, Faith, dan Tarian Pemanggil Hujan yang manis sekaligus nge-rock.
Para penonton memberikan aplaus. Diatonis, band asal Banjarbaru telah menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan oleh musisi-musisi yang baru berkarya. Dalam tur ini, bersama Overdose dan State of Peace, mereka membentuk komunitas musik yang solid dan saling mendukung satu sama lain.
Setelah ini, mereka masih melanjutkan tur-nya ke Batulicin dan Kotabaru. Tinggal dua kota lagi, tur Defleksi Realita selesai. Namun, perjalanan Diatonis dalam industri musik masih teramat jauh, sejauh berjalan kaki, dari Palaka menuju Palung Mariana.